EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksikan defisit transaksi berjalan kuartal II-2014 sebesar 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemicu defisit adalah neraca perdagangan migas.
"Defisit transaksi berjalan kuartal II bisa 4 persen, tetapi tidak setinggi 4,4 persen yang dicapai pada periode sama tahun lalu," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo, Senin (14/7) petang. Secara nominal, defisit transaksi berjalan akan mencapai 9 miliar dolar AS.
Agus mengatakan, impor migas masih harus diperhatikan karena menekan transaksi berjalan. Ia memperkirakan defisit perdagangan migas kuartal II dapat mencapai 20 miliar dolar AS. "Kita khawatir 2014 tekanan impor BBM masih tinggi," ujarnya.
Sementara itu, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan 2014 berada pada kisaran 3 persen. Agus berharap angkanya akan lebih rendah daripada defisit transaksi berjalan 2013. Defisit juga disebabkan oleh permintaan dari Cina yang melemah serta ekspor mineral Indonesia yang belum bisa diharapkan.
Cina mengalami perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada 2013 tercatat 7,7 persen, melambat ke 7,4 persen tahun ini. Di sisi lain, negara tersebut tengah melakukan keseimbangan. Mereka akan mengandalkan green energy. "Itu berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia," ujarnya.
Ekspor komoditas Indonesia ke Cina cukup besar. Pada 2010-2011, ekspor Indonesia terbantu oleh periode supercycle dimana harga komoditas meningkat tajam. Harga komoditas terkoreksi pada 2012. Agus menyayangkan Pemerintah yang terlambat melakukan proses reformasi struktural ketika harga komoditas masih tinggi.