Senin 06 Oct 2014 20:35 WIB

Harga BBM Naik, Bank Dunia: Itu Baik untuk Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Mansyur Faqih
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU Jakarta,Selasa (23/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU Jakarta,Selasa (23/9).(Republika/Prayogi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Dunia menilai, pengurangan subsidi bahan bakar minyak baik untuk Indonesia. Selain pola ekonomi yang bisa pulih dalam setahun, pengurangan subsidi juga mengundang investasi asing.

Lead Economist Bank Dunia di Indonesia, Ndiame Diop mengatakan, akan ada dampak perlambatan pertumbuhan pada satu tahun pertama pengurangan subsidi.

Disebutkan, harus ada penyeimbangan dengan realokasi ke bidang lain, seperti infrastruktur. Realokasi itu yang nanti diharapkan membuat pertumbuhan ekonomi kembali positif.

Di sisi lain, pengurangan subsidi BBM jadi sinyal positif untuk para investor. Sebab Indonesia akan dilihat punya komitmen mengendalikan kestabilan fiskal yang mendorong para investor untuk menaruh dananya di Indonesia.

Kompensasi yang diberikan kepada warga miskin akan tergantung berapa besar alokasinya. Pemerintah harus sudah bisa mengukur dulu daya beli warga miskin saat BBM dinaikkan.

"Dana yang dihemat dari kenaikan BBM bisa sangat besar. Kompensasi sangat mungkin dilakukan sehingga kompensasi warga miskin dan perbaikan infrastruktur bisa dilakukan," kata Ndiame di kantor Bank Dunia di Jakarta, Senin (6/10).

Ia menceritakan, rencana pemerintah untuk merevisi APBN dan Rp 10 triliun untuk alokasi BLSM sudah cukup. Karena Indonesia tak hanya butuh investasi besar. Melainkan sesuatu yang lebih baik. 

Saat subsidi dialihkan ke infrastruktur, akses ekonomi masyarakat akan lebih tinggi. Dengan begitu dampak negatif kenaikan BBM bisa lebih cepat diatasi.

Country Economist Bank Dunia, Alex Sienaert menambahkan, kenaikan harga BBM 10 persen akan menaikkan inflasi sekitar satu persen. Tapi inflasi itu sifatnya sementara dan akan reda setelah setahun. 

"Pola itu yang terjadi juga pada saat BBM dinaikkan pada 2013. Efeknya bertahan selama 12 bulan, setelah itu semua kembali normal," kata Alex.

Senior Economist Bank Dunia, Ashley Taylor menambahkan, kombinasi program jangka pendek dan panjang juga penting dilakukan. Yaitu sebagai upaya mitigasi dampak kenaikan harga BBM.

Saat BBM dinaikkan pada 2013, katanya, ada kombinasi mekanisme kompenasi jangka pendek melalui BLSM. Sedangkan jangka panjang melalui program jaminan sosial serta infrastruktur. 

Kondisi ekonomi Indonesia bisa membaik lewat kombinasi perbaikan infrastruktur dan jaminan sosial.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement