EKBIS.CO, JAKARTA - Pembangunan ekonomi yang begitu mainatream dewasa ini, cenderung mengesampingkan aspek lingkungan dan keberlanjutan ekosistem. Hal ini disampaikan oleh Deputi Direktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edi Setijawan usai menjadi pembicara dalam sebuah forum energi di Jakarta, (5/11).
"Green Economy adalah reaksi terhadap konsep pembangunan ekonomi yang begitu mainstream. Di mana indikator ya adalah pertumbuhan saja, GDP growth dan consumption growth," jelas Edi kepada Republika. Hal itu, menurut Edi, memberi dampak kepada kerusakan lingkungan dan ketimpangan ekonomi.
"Kalau berbicara indeks rasio, hampir semua negara berkembang maupun maju sangat tinggi," lanjut Edi. Artinya keberhasilan ekonomi saat ini tidak memberikan kesejahteraan yang tidak merata dan kerusakan lingkungan.
Maka dari itu, Edi menegaskan pelaku ekonomi harus mengubah paradigmanya yang lebih akrab terhadap lingkungan, termasuk lebih memperdulikan aspek keadilan sosial. "Tapi pertumbuhan tetap ada. Makanya ada triple bottom line, profit, people, sama planet harus balance," ujarnya lagi.
Edi juga menyinggung bahwa saat ini Bappenas mengarahkan ke ekonomi berkelanjutan. "Semoga pemerintahan sekarang juga concern ke arah sana karena presidennya orang kehutanan," ujarnya.
Untuk itu sekali lagi Edi mendesak semua penggerak ekonomi untuk mengubah kebijakan agar lembaga keuangan semakin ramah terhadap lingkungan, semakin peduli terhadap sosial. Tentu juga tetap meningkatkan daya saingnya. Sehingga bisa ke tingkat global.