Rabu 19 Nov 2014 16:56 WIB

Diminta Adil, Uni Eropa Mengaku Siap Jalin Perdagangan Bebas

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja melakukan bongkar muat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (19/9).(Republika/Prayogi)

EKBIS.CO, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Uni Eropa bertindak adil dalam perdagangan. JK meminta tak ada lagi kampanye hitam terkait produk minyak kepaka sawit dan pajak tinggi bagi ekspor ikan tuna.

Menjawab hal itu, Pejabat Direktur Asia dan Amerika Latin Direktorat Jendral Perdagangan Komisi Eropa, Helena Konig mengatakan, Uni Eropa sedang melakukan negosiasi dan menyelesaikan kesepakatan perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara lain di ASEAN. Apabila sudah mencapai kesepakatan maka perjanjian ini akan membawa peningkatan akses pasar, peningkatan pangsa pasar, dan investasi asing langsung dari Uni Eropa.

"Oleh karena itu, saya berharap bahwa diskusi tentang Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Uni Eropa dan Indonesia akan memperoleh momentum dan memungkinkan kita untuk memulai negosiasi tersebut," ujar Konig.

Konig mengatakan, Uni Eropa merupakan mitra dagang strategis yang terbuka untuk Indonesia. Dengan demikian perusahaan-perusahaan Eropa siap untuk mengintensifikasikan investasi mereka di Indonesia. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah memastikan bahwa iklim usaha ini disambut dengan baik, terbuka, dan transparan.

Uni Eropa telah menyasar lima sektor industri yang akan diinvestasikan di Indonesia, diantaranya logistik maritim, otomotif, agrikultur, energi, dan farmasi. Lewat lima sektor industri tersebut Konig berharap perusahaan-perusahaan Uni Eropa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan mentransfer keterampilan yang modern, serta teknologi terbaru.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement