Rabu 26 Nov 2014 13:02 WIB

Repotnya Pulau Wisata yang Langka Uang Recehan

Rep: Asep Nur Zaman/ Red: Winda Destiana Putri
 Pulau Tidung salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri.     (foto : Wisnu Aji)
Pulau Tidung salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri. (foto : Wisnu Aji)

EKBIS.CO, PULAU TIDUNG -- Para wisatawan bahari ke pulau-pulau terpencil biasanya berkantung cukup tebal. Bukan uang recehan pula yang banyak mereka bawa.

Nah, di balik serbuan wisatawan ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta, misalnya, persoalan kesedian uang pecahan kecil menjadi masalah pelik. Arus wisatawan ke pulau ini mengalir setiap hari, dan puncaknya setiap akhir pekan.

"Ini tempat wisata, susah sekali uang receh. Kami sering membutuhkan uang pecahan Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2000, hingga Rp 1.000 untuk kembalian, tapi paling sulit didapat di sini," kata Sartiah (24 tahun), istri seorang nelayan dan pramuwisata setempat.

Hal itu terungkap di hari kedua program blusukan Tim Kas Keliling Bank Indonesia (BI) ke tiga dari rencana tujuh pulau di pelosok perairan Jakarta ini, Rabu (26/11). Di pulau yang dikenal dengan daya tarik 'Jembatan Cinta' serta Pantai Marakasih dan Pantai Saung ini, BI menggelar kas keliling di halaman Kantor Kelurahan Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.

Banyak warga, terutama kalangan ibu-ibu yang datang untuk menukar uang pecahan Rp 50 ribu-Rp 100 ribu ke dalam uang pecahan yang lebih kecil. "Kalau tidak ada Kas Keliling BI, kami susah sekali mendapat uang recehan," imbuh Sartiah, yang membawa satu kantong kresek uang pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu untuk ditukar.

Nasib uang pecahan Rp 1.000 di pulau ini paling tragis. Dengan jumlah sangat terbatas, lembarannya terus berputar-putar dalam waktu lama di tangan warga Pulau Tidung, bahkan wisatawan, sehingga kondisinya lusuh, kusam, dan sobek-sobek atau tambalan.

"Memegangnya pun geli," kata Yanti (39), pemilik kios rokok dekat Pelabuhan Pulau Tidung.

Ketika hadir Kas Keliling BI yang digelar setahun sekali, menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk menukarnya dengan uang serupa dengan kertas dan warna masih segar. Kondisi serupa juga terjadi pada "blusukan" hari pertama, Selasa (25/11) di Pulau Untung Jawa dan Lancang Besar, juga di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.

"Yang kami bawa adalah uang baru dan belum beredar," ungkap Kusdiarso PW, ketua Tim Kas Keliling, yang juga Manajer/Kasir Senior Departemen Pengelolaan Uang Keluar BI.

BI mau menerima penukaran uang yang sudah rusak itu dengan beberapa syarat, antara lain: terbukti keasliannya melalui sinar ultra violet dan kaca pembesar, kondisi fisik minimal tersisa 2/3 sehingga masih terlihata nomor serinya, serta tidak terkena zat kimia.

"Uang lusuh yang diserahkan warga di sini umumnya bisa kami tukar dengan yang baru," ungkap Kusdiarso.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement