EKBIS.CO, JAKARTA - Pada kebijakan bauran energi, tahun 2025 mendatang pemerintah memroyeksikan bahwa biofuel berkontribusi terhadap 5 persen total kebutuhan energi nasional, melalui program B30 dan E20. Namun, saat ini konsumsi biofuel masih di bawah harapan.
Bahkan tingkat produksinya juga di bawah target. Direktur Pemasaran dan Perdangan Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, realisasi produksi biofuel tahun 2013 misalnya, jauh di bawah target. "Ini realisasi kami, tahun 2013 seharusnya 3,6 juta tapi hanya terealisasi 1,04," jelas Ahmad Bambang saat menghadiri Pertamina Energy Outlook di Jakarta, Kamis (3/12).
Kondisi ini, menurut Ahmad, diakibatkan oleh harga CPO (crude palm oil) lebih tinggi dibanding harga solar. "Jadi produsen tidak mau dimix, lebih pilih impor. Yang dituntut oleh kawan kawan dari asosiasi adalah adanya formula khusus. Sehingga tidak merasa dirugikan. Bukan tidak ada farming," lanjutnya.
Untuk itu ke depannya, Ahmad menjelaskan, Pertamina akan serius mengembangkan biofuel dengan bahan baku non-CPO. Menurutnya, bahan baku biofuel non-makanan akan memiliki daya saing dan lebih direkomendasikan pada masa depan. Bahan baku biofuel yang paling menjanjikan adalah algae.
"Algae tidak memiliki daya saing sebagai bahan pangan," jelas Ahmad. Dan dengan sumberdaya laut,yang luas, menjadikan algae menjadi semakin menjanjikan. Dan mikro algae dapat menghasilkan 9,87 kali lebih biodieael dari CPO.