EKBIS.CO, JAKARTA - Rupiah mengalami tekanan luar biasa akibat menguatnya dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah bahkan sempat mencapai level Rp 12.900 per dolar AS.
Berikut penjelasan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro terkait anjloknya rupiah dalam sesi tanya jawab dengan dengan awak media di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (16/12).
1. Apa yang menjadi penyebab makin terpuruknya rupiah?
Pertama yang harus kita sadari adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS ada dua kondisi. Yakni faktor eksternal dan satu lagi domestik yang menjadi kondisi fundamental.
Faktor eksternal karena the Fed (Bank Sentral AS) akan menaikkan tingkat suku bunga pada 2015. Walaupun belum dipastikan kapan dan berapa besar, itu sudah menjadi sentimen yang pasti mempengaruhi nilai rupiah. Artinya itu akan memperkuat dolar dan pasti memperlemah rupiah. Ini kondisi dasar sampai nanti Amerika menyelesaikan semua proses normalisasi kebijakan moneter.
Yang kedua, domestik adalah kondisi Current Account Deficit/CAD (defisit transaksi berjalan) kita. Meskipun menuju perbaikan, kita lihat kuartal 3-2014 dibandingkan kuartal 2 dan 3 tahun 2013, besarannya untuk emerging market itu seharusnya bisa lebih baik lagi.
Saat ini, misalkan di kuartal 3 itu sekitaran 3 persen, diharapkan tentunya kita tetap lakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk menurunkan. Tapi itu artinya kondisi fundemantal domestik yang masih harus diperbaiki.
2. Apa ada faktor lain?
Nah, selain dua fundamental tersebut, ada lagi faktor-faktor yang sifatnya musiman yang kebetulan terjadi pada hari-hari belakangan ini.
Pertama memang nilai tukar dolar menguat terhadap hampir semua mata uang di dunia. Nanti bisa dilihat datanya. Tapi gampangnya kita juga harus melihat rupiah terhadap mata uang yang bukan USD. Karena USD memang menguat terhadap semua mata uang. Jadi ini suatu gejala global.
Kedua, dari domestik, dari pasar uangnya terutama ada faktor musiman. Terjadi peningkatan permintaan USD di akhir tahun. Itu selalu terjadi, ini faktor musiman.
Karena perusahaan butuh dollar untuk membayar utang, maupun juga mungkin mengirimkan dividen, serta ada reposisi portofolio dari surat berharga berdenominasi rupiah ke asing, terutama adalah USD.
Ini karena portofoilo USD dianggap portofolio terbaik pada saat ini.