Sabtu 20 Dec 2014 21:36 WIB

Tim Reformasi Migas Harus Pahami Persoalan Petral

Red: Erdy Nasrul
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kedua kanan), memberi keterangan pers tentang pemanggilan petinggi Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12).(Antara/Rosa Panggabean)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kedua kanan), memberi keterangan pers tentang pemanggilan petinggi Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12).(Antara/Rosa Panggabean)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Peneliti Senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyarankan kepada Kepala Tim Reformasi Tata kelola Migas (RTKM) agar memahami dahulu persoalan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) sebelum mengeluarkan pernyataan kontroversial agar publik tidak menilai dirinya tidak konsisten.

"Faisal Basri seharusnya mendalami dulu persoalan Petral. Jangan membuat pernyataan kontroversial dulu, jangan emosional, sehingga tidak terulang lagi seperti sekarang, kalau pernyataan berubah-ubah bisa menimbulkan persepsi publik bahwa seseorang itu terkesan tidak konsisten," kata Karyono kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (20/12).

Saran tersebut dikatakan oleh Karyono terkait pernyataan Faisal Basri yang mengakui bahwa keberadaan Petral lebih berguna di Singapura sebagai perusahaan trading dari tanah air, padahal sebelumnya, Faisal secara lantang menginginkan bahwa Petral harus dibubarkan lantaran menurutnya telah menjadi sarang mafia migas. "Mungkin pak Fasial belum mengetahui betul Petral secara utuh, peran dan fungsinya seluk beluk Petral," ujar Karyono.

Meskipun demikian Karyono memaklumi apa yang telah dikatakan oleh Fasial, menurutnya hal itu terjadi lantaran latar belakang Fasial bukan murni dari migas tetapi sebagai pengamat ekonomi. Selain itu menurut Karyono, sebelum Fasial didapuk menjadi Ketua Tim Reformasi Tata kelola Minyak dan Gas Bumi, Fasial hanya mengamati anak usaha pertamina itu dari jauh saja. "Kalau sekarang karena sebagai Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas, sehingga memiliki kesempatan untuk mendalami Petral secara konferehensif, itu yang membuat sikap pak Faisal berubah," ujarnya.

Menurutnya, Faisal Basri tidak tahu banyak soal Petral sehingga menganulir pernyataannya soal pembubaran anak usaha pertamina itu. Ketidaktahuan Faisal terhadap Petral lantaran latar belakang Fasial sebagai seorang pengamat ekonomi. "Ya lumrah karena tidak tahu banyak Petral mungkin baru mendengan rumor itu, sehinga mempengaruhi secara emosional sehingga berpendapat Petral dibubarkan," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement