Ahad 21 Dec 2014 15:49 WIB

Rupiah akan Terus Fluktuatif

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Julkifli Marbun
Rupiah
Foto: Prayogi/Republika
Rupiah

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah masih akan mengalami fluktuasi di tahun depan. Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan menguatnya nilai tukar rupiah pada Jumat pekan lalu hingga akhir tahun ini akan cenderung menguat lantaran banyak pemain yang sudah melakukan tutup buku pada sekitar tanggal 20.

Para trader tidak lagi melakukan jual beli lantaran sudah memasuki waktu libur panjang. Nilai tukar ini, ia anggap bukan sebagai cerminan kondisi sebenarnya. Pada saat itulah kesempatan bagi Bank Indonesia untuk melakukan intervensi guna meningkatkan nilai tukar.

Namun, menurutnya, ketika awal tahun, di saat semua aktivitas sudah berjalan normal, nilai tukar rupiah kembali akan mengalami fluktuasi. Kecenderungannya masih akan mengalami pelemahan. “Saat ini naik karena yang melakukan jual beli relative kecil, kalau pemainnya sudah banyak, volatilitas akan kembali. Saya belum menemukan alasan rupiah bisa menguat,” ujar Farial, saat dihubungi, Ahad (21/12).

Dia mengatakan rupiah merupakan mata uang yang akan terus mengalami volatilitas alias tidak pernah stabil karena banyak pengaruh dari faktir eksternal. Menurutnya, selama pasar uang di Indonesia masih dikuasai asing, selamanya kondisi mata uang Indonesia akan terganggu dengan berbagai kondisi global seperti  rumor penaikan bunga bank sentral Amerika the Fed. Menurutnya, terlalu banyak ketidakpatian ekonomo global yang akan berdampak pada nilai tukar di Indonesia. Farial menurutkan selama tidak ada regulasi yang mengatur hot money di Indonesia, rupiah akan terus menerus mengalami fluktuasi. Sementara itu, menurut dia pengaruh global terhadap volaititas pasar modal tidak separah jika dibandingkan pasar uang.

“Tentu di Amerika juga tidak ingin mata uangnya terlalu kuat karena akan berdampak kepada ekspor mereka, tapi kita tidak pernah bisa tahu sampai di level berapa (penguatan dolar yang berdampak pada fluktuasi rupiah),” kata dia.

Dihubungi terpisah, direktur eksekutif INDEF Enny Sri Hartati mengatakan hingga akhir tahun, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terbilang sudah bisa diatasi. Kebutuhan untuk pembayaran utang luar negeri beserta bunganya sudah dipersiapkan sehingga relative tidak memberikan tekanan terhadap niai tukar. Namun, diakuinya masih perlu ada kehati-hatian di tahun depan lantaran rumor kenaikan suku bunga the Fed. Cepat atau lambat, the Fed akan menaikkan suku bunga. Dalam kondisi demikian, menurut dia semua pemangku kepentingan harus tetap tenang sehingga fluktuasi rupiah bisa dikendalikan.

“Yang penting stabil, sehingga mudah menata perekonomian kita,” kata dia.

INDEF menghitung, rupiah di kisaran 11750-12250 merupakan nilai yang ideal untuk meningkatkan ekspor dan mengendalikan ekspor.  Pada kondisi ini, produk-produk dalam negeri masih bisa menajdi tuan rumah di negeri sendiri. Harapannya, kondisi ini bisa tercapai paling tidak setelah triwulan pertama tahun depan.  Kinerja ekspor baik non migas maupun migas pada bulan ini hingga triwulan pertama tahun depan diharapkan bisa membaik sehingga neraca perdagangan Indonesia tidak mengalami defisit. Hal ini bisa mendorong penguatan rupiah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement