Ahad 28 Dec 2014 16:15 WIB

Nilai Pasar Produk Jamu Indonesia Capai Rp 13 Triliun

Rep: Yulianingsih/ Red: Erdy Nasrul
Kesulitan menemukan tukang jamu keliling membuat sejumlah orang mendirikan kedai jamu yang modern dan nyaman.
Foto: Musiron/Republika
Kesulitan menemukan tukang jamu keliling membuat sejumlah orang mendirikan kedai jamu yang modern dan nyaman.

EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Perkembangan produk herbal (Jamu) di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto,  mengatakan pada 2010 lalu nilai pasar jamu di Indonesia mencapai Rp 10 triliun. Jumlah ini naik signifikan pada 2012 hingga Rp 13 Triliun.

"Pangsa jamu kita mencapai 21 persen dari total pasar farmasi nasional," katanya saat menyampaikan pidato pada Rapat Senat Terbuka Milad UAD ke 54, Sabtu (27/12).

Menurutnya, kekayaan alam Indonesia berupa jamu memang sangat banyak. Setidaknya ada 24.927 tumbuhan lokal di 26 provinsi di Indonesia yang berkhasiat obat. Selaaian itu masih ada 13.665 jenis ramuan tradisional yang juga berkhasiat obat. Ini kekayaan yang luar biasa dan belum dimanfaatkan secara optimal.

Meski begitu kata dia, pemerintah sudah melakukan beberapa upaya pengembangan jamu tersebut. Pertama pada 2008 teelah dilakukan deklarasi jamu brand Indonesia oleh presiden, pada 2010 dilakukan peluncuran saintifikasi jamu oleh Kementrian Kesehatan, 2011 Menko Perekonomian juga meluncurkan roadmap pengembangan jamu 2011-2025, dan 2012-2014 dimunculkan diskusi intensif tentang ikonisasi jamu.

Selain itu pada 2014 ini juga sudah dikeluarkan peraturan pemerintah nomer 103 tentang pelayanan kesehatan tradisional. Peraturan ini dijadikaan acuan bagi praktisi pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia. Aturan-aturan itu menurutnya, sudah cukup menjadi payung hukum dan panduan untuk pengembangan jamu di Indonesia. "Tinggal bagaimana para akademisi, peneliti dan perekayasa bisa melakukan percepatan penguatan industri jamu nasional ini dengan pengebangan dan penerapan teknologi yang tepat katanya.

Pengembangan teknologi untuk kemajuan jamu di Indonesia sendiri kata Unggul harus memperhatikan beberapa hal. Pertama teknologi yang dikembangkan harus menghasilkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan kontinyu. Teknologi untuk ektraksi yang siap untuk skala komersiap, teknologi pengembangan formula dan bentuk sediaan jamu dan adanya inkubasi teknologi. Untuk pengembangan jamu itupun kata dia, dibutuhkan sinergi ABG (akademisi, bisnis dan goverment) sebagai skema sinergi tepat. Sinergi ketiga pihak ini harus dilandaskan pada basis inovasi teknologi agar kemajuan jamu Indonesia tercapai secara signifikan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement