EKBIS.CO, JAKARTA -- Negeri Adikuasa Amerika Serikat tengah mengalami kekhawatiran terkait ketahanan pertumbuhan ekonomi mereka. Pasalnya, saham-saham sejumlah perusahaan di sana anjlok pada perdagangan Selasa (27/1). Hal tersebut terjadi setelah hasil laporan keuangan beberapa perusahaan seperti Caterpillar dan Micorsoft mengecewakan.
Anjloknya saham Amerika misalnya ditunjukkan Indeks Rata-Rata Industrial Dow Jones (DJIA) yang melemah 1,7 persen menjadi 17.387 setelah sehari sebelumnya kehilangan hampir 400 poin. Begitu pun Indeks Nasdaq 100 yang mengalami penurunan terbesar sejal April yakni sebesar 2,6 persen.
Saham-saham teknologi Indeks Standard and Poor's 500 pun melemah 3,3 persen. Itu merupakan penurunan harian terbesar sejak November 2011. Indeks perusahaan yang beranggotakan perusahaan terbesar di dunia tersebut sendiri turun 1,3 persen menjadi 2.029 atau di bawah harga rata-rata dalam 50 hari terakhir.
Adapun saham perusahaan besar yang mengalami pelemahan di antaranya Microsoft yang anjlok 9,3 persen atau penurunan terbesar dalam 18 bulan terakhir ketika penjualan lisensi peranti lunak di bawah target.
Produsen traktor Caterpillar pun mengalami kejatuhan sahamnya jatuh hingga 7,2 persen setelah merilis proyeksi pendapatan 2015. Saham produsen produk konsumer Procter & Gamble melemah 3,5 persen karena kenaikan nilai tukar dolar telah menggerogoti labanya.
“Semua orang tengah mewaspadai pelemahan harga minyak yang memang berdampak luas terhadap perusahaan industri Amerika,” kata direktur investasi OakBrook Investments LLC Peter Jankovkis sebagaimana dilansir BloombergBusinessweek. Situasi tersebut, kata dia, akan membuat investor menahan diri. Sementara, kondisi Microsoft disebut-sebut sebagai penyebab lain investor menarik diri.
Adapun saham yang masih mengalami kenaikan yakni Apple. Harga sahamnya melonjak 6 persen setelah merilis hasil penjualan dan laba bersih yang jauh melampaui target. Kondisi serupa dialami saham Yahoo! yang juga naik 6 persen di akhir perdagangan pada Selasa setelah mengumumkan pemisahan kepemilikan sahamnya di Alibaba Group Holding yang bebas pajak.
Terkait situasi saham Amerika yang mengkhawatirkan, Federal Reserve menggelar pertemuan dua hari membahas kebijakan moneter terbaru. Bank sentral Amerika Serikat tersebut akan menentukan apakah pelemahan harga minyak, perlambatan pertumbuhan di Eropa dan dampak pemilihan umum di Yunani akan memberi ancaman bagi pemulihan perekonomian dikaitkan dengan pertimbangan untuk menaikkan suku bunga acuan yang selama lima tahun ini sudah mendekati nol.