EKBIS.CO, PONTIANAK --Kalimantan dikenal sebagai wilayah yang kaya akan hasil pertambangan dan perkebunan. Selama bertahun-tahun, pertumbuhan ekonomi di Pulau Borneo ini ditopang oleh produk komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit. Siapa sangka, di wilayah Pontianak tersimpan potensi sebagai lumbung padi.
Bukan karena lahannya yang luas sehingga bisa menghasilkan padi dalam jumlah yang besar, Dinas Pertanian setempat menemukan suatu metode tanam yang mampu meningkatkan hasil padi hingga dua kali lipat.
Adalah Anton Komaruddin, salah seorang staf di Dinas Pertanian tersebut yang menemukan metode tanam hazton ini. Nama Hazton berasal dari gabungan namanya dan Hazairin. Hazairin sendiri menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultuta Kalimantan Barat.
“Metode hazton ini unik,” ujar Anton, Sabtu (31/1).
Keunikannya terletak pada jenis bibit padi yang ditanam dan jumlah bibit yang ditanam pada satu lubang. Jika umumnya metode biasa hanya menggunakan tiga bibit dalam satu lubang, metode hazton menggunakan 20-30 bibit untuk satu lubang penanaman padi sehingga lebih rimbun.
Metode hazton ini, kata Anton, umumnya menggunakan bibit padi yang lebih tua. Hal ini disebabkan bibit padi yang semakin tua akan lebih tahan terhadap penyakit.
Sementara, menurut penelitiannya, semakin padat bibit padi yang ada dalam satu lubang akan menghasilkan padi yang semakin banyak dan berkualitas. Bibit padi yang semakin banyak akan lebih tahan berkompetisi di lapangan.
Menurut dia, selama ini masyarakat salah kaprah dengan mitos bibit padi tua tidak dapat menghasilkan butir padi yang banyak. Justru, bibit padi yang semakin tua menghasilkan padi yang makin baik lantaran tahan dengan hama. Adapun kebutuhan air dari penanaman metode hazton dibandingkan metode umum menurut dia relatif sama.
“Hama keong suka dengan bibit padi yang muda, kalau keong bertemu padi yang ditanam dengan metode ini tidak dimakan,” ujar Anton.
Metode hazton pertama diuji coba taun 2011. Jika umumnya padi yang ditanam dengan metode biasa dipanen dalam waktu 115 hari, dengan metode ini petani bisa lebh sepat panen selama 15 hari. Sekarang, penggunaan metode ini kian populer.
Metode hazton telah diaplikasikan di Aceh, Sulawesi Utara. Bahkan, Malaysia, kata Anton kini sudah mulai melakukan riset ke sentra-sentra produksi.
Produksi padi bisameningkat dari 5-6 ton menjadi 10-16 ton per hektar. Dia mengatakan Kementerian Pertanian akan mulai melakukan uji coba metode hazton ini pada lahan seluas 500 ribu hektar di Karawang, Jawa Barat.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat Hazairin mengatakan potensi lahan pertanian di Kalimantan Barat mencapai 500 ribu hektar.
Namun, karena ada masalah di irigasi, baru 54 ribu lahan yang bisa ditanami. Kini, menurut dia pemerintah mulai fokus untuk perbaikan irigasi. Akan ada sekitar 126 ribu hektar lahan yang akan diperbaiki sistem pengairannya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara berharap produksi padi dengan metode hazton bisa menjadi percontohan untuk meningkatkan produksi padi nasional. BI, kata dia, berkepentingan untuk meningkatkan produksi sehingga inflasi bisa dikendalikan. Selama ini inflasi memang banyak disumbangkan oleh kenaikan harga komoditas pangan.
Kepala BI perwakian Kalimantan Barat Dwi Suslamanto mengatakan metode hazton ini diharapkan menjadi alternatif lain pertumbuhan ekonomi di Kalimantan yang selama ini terlanjur tergantung pada pertambangan dan perkebunan.
“Yang paling dominan dan kita juga mampu di bidang pertanian padi. Targetnya tahun ini akan ada penanaman di 1.000 lahan di pebatasan karena pertumbuhan ekonomi di daerah itu masih jomplang,” ujar Dwi.