EKBIS.CO,
JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuaangan (OJK) mencatat kondisi perbankan Indonesia selama tahun 2014 mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit.
Kepala Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Imansyah mengatakan, pertumbuhan DPK dan kredit per Desember 2014 mengalami perlambatan masing-masing dari 13,79 persen dan 11,89 persen pada bulan November 2014, menjadi sebesar 12,29 persen dan 11,58 persen.
Meski demikian, walaupun pertumbuhan kredit mengalami perlambatan, terdapat dua sektor yang mengalami peningkatan, yakni sektor konstruksi dan rumah tangga. Peningkatan kredit sektor konstruksi tersebut sejalan dengan program pemerintah yang fokus pada infrastruktur.
"Rasio kecukupan modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) bulan Desember 2014, tercatat sebesar 19,57 persen mengalami penurunan dari 19,67 persen pada posisi Nopember 2014," jelas Iman dalam konferensi pers paparan evaluasi perkembangan dan profil risiko industri jasa keuangan tahun 2014 di kantor pusat OJK, Jakarta, Kamis (12/2).
OJK juga mencatat rentabilitas yang tercermin dari rasio Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) masing-masing sebesar 4,24 persen dan 2,85 persen. Menurutnya, dari sisi efisiensi perbankan tercatat relatif baik dan stabil, rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) tercatat sebesar 76,29 persen.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III, Irwan Lubis, menambahkan risiko likuiditas masih terjaga. Hal itu tercermin dari alat likuid perbankan dan asuransi yang masih memadai, risiko kredit relatif rendah, serta rasio non performing loan (NPL) dan non performing finance (NPF) di bawah (threshold). Sementara risiko pasar juga masih dikategorikan rendah di tengah fluktuasi pasar Januari yang dinilai moderat.
"Desember 2014 pertumbuhan kredit tinggi, sehingga ada pergerseran NPL gross 2,11 persen. Ada perbaikan sedikit. Netnya 0,95 persen," jelas Irwan.