EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Pertanian Bustanul Arifin mengatakan, persoalan kenaikan harga beras tidak hanya akibat adanya kecurangan yang dilakukan oleh mafia beras. Akan tetapi, diduga ada persoalan manajemen stok.
"Manajemen stok menjadi sangat penting pada saat siklus produksi berkurang seperti sekarang ini, karena belum masuk masa panen," ujar Bustanul di Jakarta, Selasa (24/2).
Bustanul menjelaskan, beberapa bulan lalu Bulog pernah melakukan operasi pasar, namun dihentikan karena beras yang disalurkan ada indukasi di oplos dan dijual dengan harga tinggi oleh pedagang. Kemudian, Bulog mengubah distribusi beras melalui satgas dengan membuat kemasan lebih kecil yakni lima kilogram, agar bisa langsung di konsumsi oleh masyarakat.
Menurut Bustanul, operasi pasar tersebut belum tentu bisa menurunkan harga beras di pasaran. Memang, konsumen senang mendapatkan harga murah dari distribusi beras melalui satgas, namun di pasar secara luas masih belum berpengaruh. Bustanul mengatakan, pada November 2014 sampai Desember 2014 tidak ada penyaluran beras raskin, karena kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM) diberikan dalam bentuk uang. Ketika itu harga beras belum bergejolak karena stok masih ada, dan penyaluran beras baru dilakukan lagi pada Januari 2015.
"Saya khawatir justru suplai memang sedang berkurang, karena sekarang sedang tidak musim panen, kalau itu yang terjadi berarti manajemen stok harus dibenahi," kata Bustanul.
Menurut Bustanul, apabila pemerintah menduga ada mafia beras yang memainkan harga di pasar, sebaiknya memang harus ditindak secara hukum. Akan tetapi, pemerintah juga tidak boleh melupakan kebijakan pangan dan melakukan stabilisasi harga.