EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (24/2) pagi bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp 12.849 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.866 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa laju rupiah kembali memperlihatkan adanya pembalikan arah menguat terhadap dolar AS, mendapat imbas positif dari kenaikan laju mata uang euro pasca merespon tercapainya kesepakatan utang Yunani-Uni Eropa.
"Dengan tercapainya kesepakatan Yunani-Uni Eropa cukup mampu meredam kekhawatiran pasar keuangan global. Diharapkan rupiah kembali masuk dalam tren penguatan," kata Reza.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan mata uang rupiah masih terbatas menyusul beragamnya penilaian pasar terhadap Bank Sentral AS atau the Fed terkait suku bunga (Fed rate), sebagian kalangan analis menilai bahwa sinyal kenaikan suku bunga dapat terjadi paling cepat di pertengahan 2015, namun sebagiannya memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga the Fed bisa lebih lama dari perkiraan menyusul belum cukup baiknya pertumbuhan pasar tenaga kerja.
"Investor masih 'wait and see' dan tidak berspekulasi terlalu jauh terhadap pidato ketua the Fed Jannet Yellen pada pekan ini di depan Senat Komite Perbankan dan Komite Jasa Keuangan," katanya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa berkurangnya sentimen negatif dari Eropa terkait utang Yunani tidak berarti bahwa tekanan penguatan dolar AS berkurang. Dolar AS masih berpotensi berbalik menguat menjelang pernyataan Ketua The Fed Jannet Yellen.
"Namun, rupiah cukup berhasil mengurangi tekanan pelemahannya meski masih dalam kisaran yang terbatas," kata Rangga.