EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan dalam beberapa kunjungan kerja ke sejumlah daerah ternyata hasil panen naik padi menunjukkan peningkatan antara 20-30 persen.
Menurut Mentan di sela kunjungan ke Provinsi Bengkulu Rabu, hal itu terjadi karena pembuahan butir gabah dari proses sintesa yang sempurna. Selain itu, pergeseran musim tanam menghilangkan potensi serangan hama.
"Bahkan di Demak Jawa Tengah, produksi padi meningkat hingga 50 persen," ujarnya usai melakukan panen padi di Kabupaten Kepahiang.
Dari panen padi di Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang itu diperoleh hasil 8,12 ton GKP (gabah kering panen) per hektare atau meningkat dua kali lipat dari panen sebelumnya sebanyak 4,2 ton/ha.
"Terjadinya peningkatan hasil produksi padi ini merupakan tanda-tanda yang baik dalam pencapaian swasembada pangan nasional," katanya.
Menurut menteri, mundurnya waktu tanam padi selama 1,5 bulan ternyata tidak selalu berdampak negatif, bahkan perubahan iklim tersebut justru berkontribusi positif terhadap usaha budidaya tanam padi.
Dia mengatakan, musim tanam seharusnya pada September-Oktober 2014, namun, perubahan iklim menyebabkan musim tanam bergeser menjadi Oktober-November.
Apabila musim tanam berlangsung sesuai jadwal, tambahnya, selain, potensi serangan hama,hasil bulir gabah berkualitas rendah seiring tingginya curah hujan pada awal tanam.
"Gabah akan cenderung berwarna hitam dan sulit dijemur.Lengkaplah semua penderitaan petani," katanya.
Pernyataan Mentan ini dibenarkan Bupati Kepahiang Bando Amin bahwa, produksi gabah petani di wilayahnya yang semula 8 ton GKP per hektare (ha), meninglkat menjadi 12 ton GKP pada awal tahun ini.
Pada kesempatan itu, Mentan meminta kepala dinas pertanian segera menyerap bantuan baik alat pertanian seperti traktor dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier karena pembenahan infrastruktur pertanian tersebut turut menentukan produktivitas hasil tanam.