EKBIS.CO, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi terhadap dolar AS mendekati Rp 13 ribu per dolar AS. Faktor utama pelemahan rupiah dinilai dari sisi lemahnya fundamental perekonomian dalam negeri.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Financial (Indef) Eko Listyanto mengatakan, faktor eksternal pemulihan perekonomian Amerika yang mendorong penguatan dolar memicu pelemahan rupiah. Menurutnya, faktor fundamental perekonomian lebih berperan dalam depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
“Bagaimanapun fundamental yang lebih dominan mempengaruhi, kalau fundamental kita kuat, pelemahan tidak akan dalam dan terus berlanjut, tapi kita lihat dari tahun ke tahun rupiah pelemahannya signifikan,” kata Eko saat dihubungi Republika, Rabu (4/3).
Menurutnya, faktor utama depresiasi rupiah karena defisit transaksi berjalan (CAD). Meskipun Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate untuk mendorong kinerja sektor riil, namun hal itu juga berdampak pada nilai tukar.
Di sisi lain, utang luar negeri (ULN) swasta yang lebih tinggi dari pemerintah juga dinilai mendorong pelemahan rupiah. Terlebih, ULN swasta didominasi utang jangka pendek sehingga sebelum jatuh tempo akan ada permintaan dolar yang tinggi.
“Kalau CAD tidak diperbaiki akan susah rupiah menguat, ketika fundamental di suatu negara kuat tidak akan kena pelemahan itu,” imbuhnya.
Menurutnya, meskipun negara-negara lain juga mengalami pelemahan, tapi ada negara-negara yang pelemahannya tidak sebesar Indonesia, seperti Thailand dan Malaysia.
Diperkirakan, sepanjang 2015 tanda-tanda penguatan rupiah terhadap dolar dinilai masih sulit. Jika Bank Sentral Amerika The Fed menaikkan suku bunga melalui tapering off akan mengurangi investasi portofolio di negara berkembang termasuk Indonesia. Aliran modal akan keluar (outflow) dan kembali ke Amerika. Akibatnya, dolar semakin terapresiasi terhadap semua mata uang dan rupiah diperkirakan semakin terdepresiasi.