EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur PT KAI Edi Sukmoro menyatakan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini tidak begitu dirasakan oleh PT KAI. Hal itu karena perusahaan yang dia pimpin tidak 100 persen melakukan transaksi dengan dolar AS.
"KAI gini. Sebenarnya, memang tidak 100 persen bergantung dolar. Ada komponen yang bergantung macam macam. Seperti karyawan, bahan bakar, spare part. Nah spare part ini dolar. Sejauh ini sudah kami antisipasi," ujar Edi, Jumat (6/3).
Komponen dari operasional PT KAI yang bertransaksi dengan dolar, lanjut Edi, hanya 20 persen. Sebelumnya, beberapa BUMN pun melakukannya guna melindungi keuangan perusahaan dari tekanan dolar yang menguat.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basyir mengungkapkan, hedging memang telah dilakukan untuk menghadapi gejolak kurs. "Kami sudah melakukan lindung nilai. Transaksi transaksi yang akan datang sudah kami amankan pembelian solar dan lainnya," jelas Sofyan.
Begitu pula dengan Pertamina. Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menyatakan, Pertamina telah melakukan hedging untuk mengantisipasi pelemahan rupiah. "Kami memang menyiapkan infrastruktur untuk hedging sesuai arahan BI dan Menteri BUMN agar sebagian risiko ini dapat termitigasi," ujar Arief.
Sementara itu, Direkrut Perdagangan dan Pemasaran Pertamina Achmad Bambang menjelaskan, pelemahan rupiah pasti akan berdampak bagi perusahaan-perusahaan yang pendapatannya rupiah tapi belanja atau pengeluaarannya berbasis dollar atau mata uang asing lainnya.
"Pada umumnya pengeluaran dengan mata uang asing itu lebih disebabkan karena import, atau memang dikonversikan dari nilai asing seperti bahan bakar, penerbangan, dan lainnya," jelas Achmad.
Achmad menambahkan, pelemahan kurs ini akan sangat memberatkan industri karena kerugian kurs yang besar. "Dan hedging adalah salah satu cara untuk antisipasi hal ini," lanjutnya.