EKBIS.CO, JAKARTA - Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika menilai bahwa kenaikan harga elpiji 12 kg seolah terburu-buru. Pertamina seperti latah, tak mau kalah dalam menaikkan harga komoditas energi, mengikuti beberapa harga yang sudah dan akan naik seperti pajak tarif tol dan listrik pada bulan depan.
Kardaya mengatakan kenaikan harga yang serentak membuat masyarakat menjerit. Seharusnya, menurutnya, kebijakan yang diambil dapat ditata kembali agar tidak merepotkan.
"Jangan nanti semuanya menjerit. Penting harus ditata kembali sesuai kaidah dan prinsip dasar. Elpiji tidak mau kalah dalam hal menaikan harga. Ini harus dipertimbangkan lagi jangan sampai semuanya naik," jelas Kardaya, Ahad (8/3).
Selain itu, menurutnya pemerintah tidak perlu menerapkan disparitas harga pada komoditas yang sama isinya. Semakin besar kapasitas seharusnya harganya dapat lebih murah. Kenyataan di lapangan, harga antara elpiji 3 kg sangat jauh berbeda dengan elpiji 12 kg. Kenyataan di lapangan, elpiji 12 kg dihargai Rp 12.500 per kg, sedangkan elpiji 3 kg dihargai Rp 4 ribu per kg.
"Pemerintah kalau barang tertentu boleh diatur. Iya tapi ini barangnya sama, harganya beda. Itulah bahwa memang ibu-ibu pakai elpiji 12 Kg jarang isinya tapi biasanya prinsip ekonomi kalau beli banyak itu murah. Kalau beli sedikit mahal, ini kan yang 12 Kg lebih mahal," ujar Kardaya.
Sebelumnya, Pertamina memutuskan harga elpiji nonsubsidi 12 kg mulai 1 Maret 2015, mengalami kenaikan sebesar Rp 5.000 per tabung.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan bahwa harga elpiji per 12 kg mulai 1 Maret 2015 menjadi Rp 134 ribu per tabung dari sebelumnya Rp 129 ribu per 19 Januari 2015.