EKBIS.CO, RIYADH -- Harga minyak dunia yang terus turun membuat khawatir banyak negara produsen minyak. Hanya Arab Saudi yang sampai saat ini merasa tidak ada yang salah dengan penurunan harga minyak tersebut dari 100-an dolar AS per barel menjadi hanya 40-an dolar AS.
Raja Salman pada pidato resmi di televisi Saudi, Selasa (10/3), waktu setempat mengatakan penurunan harga minyak mentah tidak akan menghentikan laju perekonomian Saudi. Saudi tetap akan melakukan ekspansi perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
"Eksplorasi gas dan minyak terus kita lakukan," kata Raja Salman seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (11/3).
Raja Salman juga meminta kaum pengusaha terus melanjutkan investasi dan ekspansi usaha untuk menciptakan lapangan kerja lebih banyak. Saudi memang menghadapi persoalan serius terkait dengan pengangguran.
Saudi merupakan penghasil minyak terbesar kedua di dunia dan memiliki pengaruh besar di OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak). Saudi yang mempelopori OPEC untuk tidak perlu mengurangi produksi minyak agar kejatuhan harga emas hitam itu bisa ditahan.
Sejumlah kalangan menilai langkah Saudi untuk membiarkan harga minyak jatuh pada level terendah dalam satu dekade ini memang disengaja. Tujuannya untuk menghambat revolusi shale gas di Amerika dan Eropa yang menyebabkan pasokan minyak berlimpah.
Dengan harga minyak 40 dolar AS per barel, Saudi melihat harga itu tidak ekonomis bagi perusahaan-perusahaan Barat yang memproduksi shale gas. Investasi paling kecil untuk eksplorasi shale gas sebesar 50 dolar AS per barel.