EKBIS.CO, JAKARTA -- DBS Research Group memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 bakal surplus sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat, meskipun laju ekspor masih melemah dan belum tertolong depresiasi rupiah.
"Pertumbuhan ekspor masih lemah untuk saat ini," kata Gundy Cahyadi, ekonom Bank asal Singapura tersebut, melalui pesan elektronik di Jakarta, Jumat (13/3).
Perkiraan surplus Februari tersebut lebih rendah dari surplus neraca perdagangan pada Januari yang sebesar 709,3 juta dolar AS. "Kami sekali lagi melihat bertumbuhnya impor dengan indikasi masih kuatnya permintaan dari domestik saat ini," ujarnya.
Penurunan surplus itu dilihat dari perkiraaan DBS bahwa ekspor Februari 2015 turun 9,4 persen dan impor Februari 2015 turun 6,8 persen.
Surplus neraca perdagangan pada Januari 2015 didorong dengan raihan ekspor 13,30 miliar dolar AS, sedangkan impor sebesar 12,59 miliar dolar AS. Tingkat ekspor Januari 2015 turun 8,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu atau jika dibandingkan Desember 2014 turun 9,03 persen.
Sedangkan impor Januari 2015 turun 15,59 persen dibanding periode sama tahun lalu atau jika dibandingkan Desember 2014 turun 12,77 persen. Sementara, secara komposisi neraca perdagangan sektor nonmigas mencatat surplus kurang lebih sebesar 740 juta dolar AS, sementara neraca perdagangan sektor migas defisit kurang lebih sebesar 30 juta dolar AS.
Secara terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati berpendapat ekspansi belanja fiskal pemerintah dan juga belanja BUMN untuk infrastruktur akan mendorong impor barang modal dan bahan baku yang akan berkontribusi untuk defisit neraca perdagangan pada Februari 2015.
"Ekspornya juga masih melemah karena masih anjloknya harga komoditas," kata dia.