EKBIS.CO, JAKARTA -- Menurunnya harga beras di sejumlah tempat di Indonesia dinilai sebagai hal yang alami mengingat sudah masuknya musim panen di beberapa tempat. Pernyataan ini dikemukakan Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa.
"Sekarang harga mulai turun karena di banyak tempat sudah mulai panen," ujarnya dalam sambungan telepon kepada ROL, Senin (16/3). Ia menilai kebijakan pemerintah yang menerapkan Operasi Pasar (OP) dalam mengatasi persoalan tingginya harga beras tidaklah signifikan.
"Manajemen pangan harus betul-betul tepat, kalau terjadi guncangan di pangan dampaknya akan sangat serius," sambungnya. Ia berkaca pada reformasi 1998 dimana pada saat itu krisis pangan menempati porsi yang cukup besar disamping krisis moneter.
"Saat itu impor pangan kita terbesar dengan lebih dari 6 juta ton," lanjut Andreas.
Menyikapi tingginya harga beras, ia meminta pemerintah benar-benar melakukan manajemen pangan yang baik, tidak hanya sebatas retorika meningat dinamika fluktuasi harga besar kemarin mencapai 30 persen hanya dalam waktu yang terbilang singkat.
Perhitungan dia, pada 2015 ini Indonesia akan mengalami nisbah stok terendah hingga mencapai angka 15 persen.
"Salah satu yang menyebabkan harga pangan tinggi ialah nisbah stok dibanding konsumsi total rendah."
Ia menambahkan selama tiga tahun terakhir, kejadian yang terjadi di awal 2015 ini merupakan yang terendah. Andreas menambahkan kegiatan OP yang digalakkan pemerintah dinilai tidak begitu efektif karena pada dasarnya persoalannya bukan disana.
Ia mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam mengelola stok pangan lantaran dia khawatir kondisi pangan Indonesia justru akan lebih buruk dibanding tahun lalu yang mengalami kenaikan harga hingga 13,9 persen.