EKBIS.CO, JAKARTA - Pertamina, Total, dan Inpex pada Jumat (27/3) melakukan pertemuan untuk pertama kalinya untuk membahas perkembangan blok Mahakam. Presiden Direktur Total EP Indonesie, Hardy Pramono mengatakan bahwa dalam pertemuan ini belum ada keputusan apapun. Hardy sendiri menolak menjelaskan poin-poin pembahasan yang dilakukan bersama dengan Pertamina.
"Jalan masih jauh. Tidak ada yang perlu dikomentari toh ini masih pertemuan yang pertama," ujar Hardy.
Hardy sendiri sebelumnya meminta adanya masa transisi dalam pengelolaan Blok Mahakam. Hardy menyatakan, masa transisi diperlukan untuk melanjutkan teknologi dan ilmu dari Total kepada operator selanjutnya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Data Mineral Sudirman Said mengatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menghasilkan putusan terkait pembagian porsi pengelolaan dan juga masa transisi.
"Manajemen Total dan Inpex menemui saya, pemerintah sudah jelaskan keputusannya bahwa Pertamina akan melanjutkan sebagai oprator. Pertamina diminta lanjutkan pembicaraan business to business dengan operator yang sekarang," jelas Sudirman.
Sudirman menambahkan, pemerintah memberikan waktu dua pekan kepada Pertamina, Total, dan Inpex untuk melakukan pembahasan terkait porsi pembagian kerjasama antara ketiga pihak. Sudirman juga menyebut bahwa pemerintah berharap agar Pertamina bisa masuk menjadi pemegang saham minoritas dalam masa transisi, sebelum 2017, agar bisa memahami aspek bisnis di blok Mahakam.
"Yang diharapkan adalah Pertamina akan memulai masuk ke dalam masa transisi as soon as possible," jelas Sudirman, Jumat (27/3).
Mengenai jadwal atau tahapan transisi Blok Mahakam, Sudirman menyebut bahwa hal itu bergantung pada kesepakatan antara Pertamina, Total, dan Inpex.
Blok Mahakam akan habis pada 2017 mendatang. Sebelumnya, salah satu blok migas terbesar di Indonesia ini dikelola oleh Total dari Perancis dan Inpex dari Jepang dengan saham masing masing 50 persen. Pasca habis kontrak nanti, pemerintah akan menyerahkan hak kelola Blok Mahakam kepada Pertamina.