EKBIS.CO, JAKARTA -- Investor di pasar saham tengah menanti kepastian transaksi tukar guling saham (share swap) antara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) guna monetisasi anak usaha operator itu yang bergerak di bisnis penyediaan menara, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
"Salah satu yang ditunggu investor dari Telkom adalah tuntasnya aksi korporasi yang melibatkan Tower Bersama. Jika ada kepastian tentang transaksi itu, bisa menjadi katalis bagi saham Telkom ke depan," kata Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (16/4).
Manajemen Telkom diharapkan segera memberikan paparan kepada investor saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan pada Jumat (17/4). Menurut Reza, pasar tidak hanya menunggu transaksi tukar guling saham dijalankan, melainkan juga bagaimana nanti setelah transaksi berjalan.
"Karena langkah selanjutnya adalah monetisasi menara milik Telkomsel yang juga bisa menjadi strategi pertumbuhan bagi Telkom," kata Reza menambahkan.
Sebelumnya, Telkom sudah melakukan Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA) dengan Tower Bersama pada tahun lalu terkait monetisasi Mitratel. Dalam perjanjian kerja sama itu, Telkom dan Tower Bersama akan menukar 100 persen sahamnya di Mitratel dengan 13,7 persen saham dari Tower Bersama yang berasal dari penerbitan saham baru.
Kesepakatan ini akan dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, Telkom akan menukarkan 49 persen kepemilikannya di Mitratel dengan 290 juta lembar saham baru dari TBIG.
Setelah menyelesaikan pertukaran saham tahap awal, Tower Bersama akan memegang kendali manajemen dan mengkonsolidasikan Mitratel dalam laporan keuangan Perseroan.
Tahap kedua, Telkom memiliki opsi untuk menukarkan 51 persen sisa kepemilikan Telkom di Mitratel dalam jangka waktu dua tahun dengan tambahan 472,5 juta saham baru TBIG.
Selain kepemilikan saham di TBIG, Telkom akan menerima tambahan pembayaran kas sampai maksimum sebesar Rp 1,739 triliun apabila Mitratel dapat mencapai target pencapaian tertentu yang telah disetujui.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUSPLB) yang dilakukan Tower Bersama pada Februari lalu telah menyetujui right issue tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) tahap pertama sebesar 10 persen sebagai prasyarat tukar guling saham Mitratel.
Ketika CSPA ditandatangani pasar langsung menyambut positif. Harga saham TLKM memasuki tren peningkatan, bahkan sempat terkerek naik hingga 30 persen dalam satu kuartal. Sejalan dengan itu kapitalisasi pasar Telkom melonjak hingga Rp 330 triliun.
Namun, seiring ketidakpastian penyelesaian transaksi tukar guling saham tersebut, sentimen pasar kembali merosot tercermin dari harga saham yang telah turun di bawah Rp 2.800 per lembar.