Selasa 21 Apr 2015 06:40 WIB

Indonesia Bakal Menarik Pengusaha Jasa Konstruksi Asing

Red: Satya Festiani
 Pekerja sedang mengerjakan pembangunan konstruksi Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Ahad (11/1). (Republika/Tahta Aidilla)
Pekerja sedang mengerjakan pembangunan konstruksi Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Ahad (11/1). (Republika/Tahta Aidilla)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Maraknya pembangunan ragam infrastruktur di berbagai daerah bakal menarik pengusaha jasa konstruksi asing untuk mencari proyek di Tanah Air, terlebih setelah pemberlakuan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Indonesia akan menarik pengusaha jasa konstruksi asing datang ke Indonesia mengingat Indonesia merupakan pasar konstruksi terbesar di ASEAN, dengan kontribusi lebih dari 67 persen terhadap pasar konstruksi ASEAN," kata Plt Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hediyanto W Husaini dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (20/4).

Apalagi, ia mengingatkan bahwa pemerintah saat ini juga sedang giat-giatnya dalam mempercepat pembangunan infrastruktur dan sektor konstruksi juga diketahui menyumbang hingga 10 persen PDB Indonesia. Untuk itu, ujar dia, peningkatan kualitas sumber daya konstruksi dinilai bukan hanya program pemerintah tetapi juga penting dalam menghadapi persaingan global yang tinggal di depan mata terutama di lingkup ASEAN.

"Bahkan pertumbuhan pasar konstruksi di Jakarta sendiri menempati posisi tertinggi di Asia saat ini. Tak heran potensi keuntungan yang dapat diraih dari usaha jasa konstruksi di Indonesia termasuk tertinggi di ASEAN," katanya.

Karena itu, Hediyanto juga mempertanyakan apakah Indonesia mampu mempertahankan pasar konstruksi dalam negeri. Ia mengungkapkan, pertumbuhan rata-rata tenaga kerja konstruksi di Indonesia hanya 6 persen dan tidak sebanding dengan pertumbuhan rata-rata nilai konstruksi sebesar 21 persen per tahun. "Dengan demikian masih ada gap antara pelaku dan pekerjaan konstruksi," ujarnya.

Plt Dirjen Bina Konstruksi memaparkan, upaya telah dipersiapkan dan dilakukan pemerintah antara lain pembinaan jasa konstruksi berbasis kewilayahan untuk memetakan kebutuhan sumber daya konstruksi berdasarkan pendekatan besaran nilai infrastruktur pada setiap wilayah.

Selain itu, lanjutnya, pemenuhan kebutuhan sumber daya infrastruktur pada proyek-proyek strategis harus menjadi prioritas utama, terutama pada wilayah-wilayah yang sedang melaksanakan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan bendungan.

Berdasarkan Laporan Daya Saing Global tahun 2015 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF), peringkat daya saing Republik Indonesia di ASEAN masih lebih rendah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement