Rabu 29 Apr 2015 14:53 WIB

Gubernur BI Optimistis Perekonomian Indonesia Meningkat pada 2015

Rep: C91/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur BI Agus Martowardojo dan Pimpinan Ponpres Gontor Ponorogo K.H Hasan Abdullah sahal menjadi narasumber dalam acara Bincang Nasional : Sinergi Nasional Pengembangan Ekonomi Syariah Melalui Pemberdayaan Pesantren di Jakarta, Senin (30/3).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur BI Agus Martowardojo dan Pimpinan Ponpres Gontor Ponorogo K.H Hasan Abdullah sahal menjadi narasumber dalam acara Bincang Nasional : Sinergi Nasional Pengembangan Ekonomi Syariah Melalui Pemberdayaan Pesantren di Jakarta, Senin (30/3).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D. W. Martowardojo, menganggap 2014 sebagai tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global pun tak sesuai perkiraan semula.

"Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tak sesuai harapan dan tak merata," ujarnya saat Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2014, di Gedung BI, Jakarta, Rabu, (29/4). Menurutnya, kondisi itu dipengaruhi oleh harga komoditas dunia yang terus melemah karena permintaan belum cukup kuat, terutama dari Cina.

Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan The Fed juga meningkatkan kerentanan di pasar keuangan dunia. Kini Indonesia pun ikut merasakan pergeseran arus modal asing.

Beragam permasalahan struktural dalam perekonomian domestik seperti ekspor yang masih didominasi produk mentah, pasar keuangan yang masih dangkal, serta ketergantungan pembiayaan eksternal yang meningkat, dapat meningkat risiko ketidakstabilan perekonomian. "Instabilitas perekonomian terlihat pada berbagai indikator seperti neraca pembayaran, nilai tukar dan inflasi," jelas Agus.

Maka, ia mengungkapkan, BI dan pemerintah memperkuat sinergi dan menempuh beragam bauran kebijakan. Hal ini demi mencapai sasaran inflasi, menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat lebih sehat, serta mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan.

"Selama 11 bulan, Januari hingga November, BI mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sebesar 7,5 persen. Tingkat tersebut masih konsisten dengan upaya mencapai sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5±1 persen serta 4±1 persen pada 2015," tuturnya.

Ia menambahkan, menyikapi kebijakan kenaikan BBM pada November lalu, BI pun menaikkan BI Rate menjadi 7,75 persen. Penaikkan itu sengaja dilakukan untuk mematahkan risiko kenaikan inflasi

"Ke depannya perekonomian Indonesia diperkirakan akan semakin baik, dengan kondisi makroekonomi yang semakin kokoh, laju reformasi struktural yang semakin cepat, dan fundamental ekonomi semakin kuat," ujar Agus. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan meningkat kisaran 5,4-5,8 persen, dengan inflasi 4±1 persen, dan defisit transaksi berjalan sekitar 3 persen.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement