Jumat 08 May 2015 12:34 WIB

Ekonomi Indonesia Tertahan "Lampu Kuning", Ini Indikatornya

Rep: Sonia Fitri/ Red: Satya Festiani
Direktur Institute for Developement of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati (kanan).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Direktur Institute for Developement of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati (kanan).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Peringatan kehati-hatian digulirkan sejumlah peneliti dari Institute for Development of Economics and Finances (INDEF) soal kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Pasalnya, sejak susunan kabinet kerja Jokowi-JK diumumkan pada 26 Oktober 2014 lalu, kondisi ekonomi terus memburuk bahkan yang terparah sejak 2009. Berdasarkan analisis data, saat ini jalan ekonomi Indonesia tertahan "lampu kuning" yang harus segera diantisipasi agar jangan terus jatuh dan menemui "lampu merah".

"Dari beberapa capaian ekonomi selama triwulan I 2015 menunjukkan perkembangan yang justru memburuk, bahkan semakin kontradiktif dari visi nawa cita yang diusung pemerintah Jokowi-JK," kata Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati dalam konferensi pers dengan tema: "Lampu Kuning Ekonomi Indonesia Triwulan I 2015" pada Jumat (8/5).

Terangkum sepuluh indikator kinerja ekonomi sampai dengan Triwulan I yang menunjukkan lampu kuning di antaranya pertumbuhan ekonomi yang anjlok ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Triwulan I-2015 sebesar 4,7 persen. Jauh lebih buruk dari 2009 yang berada di angka 4,52 persen.

Selanjutnya, kualitas pertumbuhan ekonomi semakin merosot di mana transformasi struktur ekonomi gagal. Pertumbuhan sektor tradable juga merosot cukup tajam sedangkan sektor non-tradable masih tetap baik. "Sektor jasa yang justru tumbuh tinggi, seperti jasa jasa informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,53 persen, jasa lainnya 8 persen dan jasa keuangan dan asuransi 7,57 persen," kata dia.

Padahal, kata dia, sektor relatif kedap dalam menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja formal. Tak heran jika angka pengangguran pun meningkat pada Februari 2015 yakni 5,81 persen dibandingkan dengan Februari 2014 yakni di posisi 5,70 persen.

Berikutnya, penerimaan negara pun menurun di mana realisasi penerimaan pajak triwulan I 2015 baru mencapai 15,32 persen dari target penerimaan pajak 2015. Bahkan justru turun 5,63 persen dibandingkan dengan triwulan I 2014.

Berdasarkan data, faktor lain indikator yang memosisikan ekonomi Indonesia yang berada di lampu kuning yakni nilai tukar rupiah yang semakin tertekan, penurunan keyakinan bisnis, ketimpangan antar daerah yang semakin melebar, menurunnya produktivitas nasional, menurunnya peran intermediasi perbankan, menurunnya indikator kesejaheraan serta menurunnya daya beli masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement