EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai potensi lahan untuk pengembangan rumput laut di Indonesia sangat luas dan dapat berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Namun di sisi lain, isu pelarangan ekspor dan bea keluar ekspor rumput laut dinilai dapat menghambat pelaku usaha mengembangkan bisnis di sektor itu.
Ketua ARLI Safari Azis mengatakan, Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar rumput laut dan produksinya memang banyak.
"Namun kalau ekspor dihambat dengan bea keluar maka akan berimbas pada penyerapan tenaga kerja dan berkurangnya pendapatan masyarakat,” ujarnya, Jumat, (8/5).
Menurutnya, kebutuhan rumput laut bagi industri Indonesia masih bisa terpenuhi karena penyerapannya kecil. Sehingga produksi rumput laut yang berlebihan bisa diekspor ke negara-negara yang selama ini memerlukan bahan baku rumput laut dari Indonesia.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan pada 2013 produksi nasional rumput laut sedikitnya mencapai 930.000 ton kering. Jumlah yang diekspor mencapai 176.000 ton kering dengan nilai 162,4 juta dolar AS.
Sementara, terang dia, jumlah yang diolah lebih kecil yakni hanya mencapai 120.000 ton kering.