EKBIS.CO, JAKARTA – Development Bank of Singapure (DBS) mengusulkan kepada Indonesia memperbesar defisit neraca transaksi berjalan (CAD) untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,02 persen.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, jika pemerintah masih menoleransi adanya defisit transaksi berjalan di level tertentu antara 2,5 – 3 persen masih wajar. Sebab, Indonesia masih impor bahan baku dan barang modal dalam jumlah besar.
“Tapi kalau impor kita terlalu besar, defisitnya 3 persen ke atas itu akan mengganggu stabilitas perekonomian, karena kalau terjadi defisit kita harus biayai. Jadi defisit transaksi berjalan itu memang harus di-maitenance di level aman 2,5 – 3 persen,” jelas Peter kepada Republika di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (8/5).
Menurutnya, untuk melebarkan CAD harus dilihat, jika levelnya di kisaran 2,5-3 dinilai masih sustainable. Namun, dampak negatifnya, jika semakin besar defisit, kepercayaan asing akan semakin turun. Hal itu akan menyebabkan rupiah melemah dan terjadi aliran modal keluar (capital outflow).
“Kalau outflow kita mau biayai defisit pakai apa. Karena salah satu yang membiayai defisit dengan inflow. Oleh karena itu level kita jaga supaya jangan terjadi outflow,” imbuhnya.
Peter menambahkan, pemerintah menganut adanya stability over growth. Pertumbuhan ekonomi yang bagus, lanjutnya, adalah pertumbuhan yang berkelanjutan. Caranya supaya berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi dalam situasi yang stabil.
“Supaya stabil ya jaga defisit transaksi berjalan jangan terlalu besar, nilai tukar dijaga, dan inflasinya dijaga, semuanya stabil. Kalau dalam kondisi stabil kita baru bisa growth,” pungkasnya.