EKBIS.CO, BANDUNG -- Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) menyatakan mengalami kerugian terkait penjualan Premium sejak 2009 lalu. Pertamina juga meyakini hingga akhir 2015 pihaknya tidak mendapat keuntungan dari penjualan Premium.
"Saya meyakini sampai akhir tahun Pertamina tidak dapatkan keuntungan. Saya meyakini itu," Vice President Fuel Retail & Marketing Pertamina Suhartoko, Jumat (15/5).
Suhartoko menyatakan dengan pola bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertamina mengalami kerugian sejak 2009. Di tahun tersebut, kerugian yang dialami Pertamina untuk BBM subsidi mencapai Rp 4,5 triliun. Pada tahun berikutnya, kerugian berhasil menyusut menjadi Rp 3,4 triliun. Lalu pada 2011 kerugian yang dialami Pertamina kembali menyusut menjadi Rp 980 miliar.
Penyusutan kerugian terkait BBM subsidi juga berlanjut di tahun berikutnya dan kerugian yang dialami Pertamina tercatat sekitar Rp 700-an miliar. Pada 2013, kerugian yang dialami Pertamina ialah sebesar Rp 350 miliar. Kerugian terkait BBM subsidi ini kemudian kembali membengkak pada 2014 hingga mencapai Rp 3,4 triliun.
"Rugi, Pertamina rugi. (Januari) Sampai April kemarin rugi 70 juta US Dollar untuk Premium saja," lanjut Suhartoko.
Meski mengalami kerugian untuk penjualan BBM subsidi jenis Premium, Pertamina tidak mempermasalahkan. Pasalnya, Pertamina meyakini Premium benar-benar dikonsumsi oleh rakyat. Selain itu, sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara, Pertamina juga harus menjalankan tugas negara yang salah salah satunya mendistribusikan Premium kepada rakyat. Karena itu, selama untuk kepentingan rakyat, Pertamina tidak mempermasalahkan kerugian yang dialami terkait BBM subsidi.
"Cuma, pemegang saham itu juga harus paham. Pertamina rugi karena berkorban itu, apalagi ada instruksi dari negara, jangan dinaikin (harga jualnya)," tambah Suhartoko.