EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan, kebutuhan daging sapi di Indonesia tidak hanya dipenuhi dari suplai sapi impor saja. Namun juga produksi daging dari sapi lokal dan daging sapi beku.
Setiap puasa dan lebaran, Apfindo telah menghitung kontribusi penyediaan sapi impor sebanyak 2,5 kali dari suplai di hari-hari biasa. "Kalau hari biasa suplai sapi impor untuk provinsi konsumsi masyarakat di Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat sekitar 50 sampai 60 ribu ekor," ujar Joni kepada Republika, Selasa (19/5).
Joni mengatakan, jumlah izin impor yang diberikan oleh pemerintah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa dan lebaran. Namun, hal tersebut tidak menjamin harga daging sapi saat puasa dan lebaran menjadi lebih murah. Pasalnya, daging sapi merupakan produk eksklusif di tingkat global dan dibutuhkan oleh semua negara. Harga daging sapi juga dipengaruhi oleh faktor fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.
"Harapannya tahun ini tidak ada gejolak sehingga harga daging sapi bisa stabil," kata Joni.
Menurut Joni, sumber kebutuhan daging sapi di dalam negeri bukan hanya bergantung pada sapi impor saja. Pemerintah harus mendorong produksi sapi lokal sebagai pasokan saat hari besar keagamaan, sehingga impor bisa diminimalisir.
Joni mengatakan, untuk mendorong produksi tersebut pemerintah perlu memperhatikan pembangunan infrastruktur transportasi yang memadai sehingga biaya logistiknya bisa murah. Menurut Joni, biasanya dalam menyambut puasa dan lebaran pemerintah sudah membuat perhitungan untuk mensuplai kebutuhan daging sapi melalui impor.
"Cukup atau tidaknya saya tidak bisa menghitung, karena sumber kebutuhan daging sapi nasional tidak hanya dari impor saja. Jumlah sapi impor yang sudah diberikan oleh pemerintah tentu akan kita kelola untuk persiapan puasa dan lebaran," kata Joni.