EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan dukungannya untuk pencapaian target pemerintah memaksimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan. Salah satunya terhadap target untuk mencapai bauran energi pada 2025, 23 persen merupakan kontribusi dari energi baru terbarukan.
Hal, lanjut Rachmat, sesuai dengan penilaiannya bahwa pengembangan energi baru terbarukan lebih mendesak dari pada nuklir.
"Kalau bagi saya mendorong lebih dulu energi baru terbarukan dari pada nuklir," ujar Rachmat di Auditorium Kantor PLN, Jakarta, Kamis (28/5).
Lebih lanjut dia menjelaskan, penerapan nuklir sebaiknya harus ditinjau dari kebutuhan dan suplainya. Terlebih, kata Rachmat, masalah kesiapan infrastruktur dalam menerapkan tekhnologi tersebut harus benar-benar dimatangkan.
"Ada yg bilang sudah ada (siap), ada yang bilang tidak. Ya faktornya banyak masing-masing memiliki analisa yang berbeda-beda," ujar Rachmat lagi.
Sementara itu dikonfirmasi di tempat yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta kepada Masyarakar Energi Terbarukan Indonesia (METI) menjadi mitra yang terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Ridha Mulyana mengatakan, kerja sama ini baik untuk mendorong sektor kelistrikan ataupun penggunaan fatty acid methyl ester (FAME) di Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Harapan pak Menteri METI menjadi mitra strategis dalam mendorong penggunaan EBT," ujar Ridha.
Pemerintah tengah mendorong penggunaan EBT seiring dengan ketahanan energi yang harus berjalan seimbang. Berbagai kemudahan baik dari sisi regulasi dan insentif terus dimatangkan agar investor mau merealisasikan investasinya di sektor EBT.
"Kami dari pemerintah akan lari kencang. Karena itu pengurus dan pembina juga tidak mau ketinggalan kereta untuk ambil bagian," lanjut Ridha.