EKBIS.CO, CILACAP -- Meski mengakui terjadi kebocoran saat membongkar muatan kapal tangker di fasilitas Single Point Mooring (SPM) 16 mil lepas pantai Cilacap, namun pihak Pertamina RU IV Cilacap membantah bahwa tumpahan minyak mentah yang mencemari kawasan pantai Teluk Penyu Cilacap, merupakan minyak dari tumpahan tersebut. Menurut General Manajer Pertamina RU IV Cilacap Nyoman Sukadana, hal itu diketahui setelah pihaknya mendapatkan hasil uji laborotarium jenis minyak yang di pantai Teluk Penyu.
''Dari hasil uji laboratorium tersebut, minyak yang mencapai kawasan Teluk Penyu adalah jenis Marine Fuel Oil (MFO) 180. Sedangkan minyak mentah yang sempat bocor dari SPM, adalah jenis Arabian Light Crude (ALC),'' jelasnya, dalam jumpa pers di Cilacap, Senin (1/6).
Sejauh ini, kata Nyoman, pihaknya masih melakukan uji lebih lanjut mengenai temuan tersebut. Antara lain dengan menggandeng pihak kepolisian, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap dan juga Kementrian Lingkungan Hidup. ''Kami masih menunggu hasil penelitian lembaga-lembaga tersebut mengenai kepastiannya,'' jelas Nyoman.
Menurutnya, bila hasil uji lab tersebut membenarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan Pertamina, maka tanggung jawab tumpahan minyak yang mencapai Pantai Teluk Penyu bukan menjadi tanggung jawan Pertamina RU IV. Namun menjadi tanggung jawab pemilik kapal karena kejadiannya bukan di kawasan Pertamina, meski Pertamina telah ikut bertanggung jawab menanggulangi pencemaran di Teluk Penyu.
Legal and General Affairs Manager Pertamina RU IV Eko Hernanto yang juga hadir dalam jumpa pers tersebut menambahkan, awalnya pihaknya mengira genangan minyak yang mencapai pantai Teluk Penyu tersebut memang berasal dari tumpangan minyak dari SPM. ''Namun jenis minyaknya kok berbeda dengan muatan minyak di kapal tangker yang sedang bongkar muatan di SPM. Dari situ kami kemudian melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil ceceran minyak mentah di 10 lokasi pantai yang tercemar minyak tersebut,'' katanya.
Hasilnya uji lab yang dilakukan pihaknya, akhirnya memastikan bahwa tumpahan minyak yang mencapai pantai Teluk Penyu dan beberapa tempat lain, bukan merupakan jenis minyak dari kebocoran yang terjadi SPM. ''Selain itu, hasil simulasi dari salah satu perguruan tinggi berdasarkan data kecepatan angin, arah ombak dan faktor lain, jika terjadi kebocoran pada fasilitas SPM harusnya tumpahan minyak tersebut mengarah ke selatan Pulau Nusakambangan. Bukan ke Teluk Penyu,'' jelasnya.
Soal dari mana jenis minyak tersebut berasal, Nyoman belum bisa memastikan. Namun dia menyebutkan, saat terjadi kebocoran di fasilitas SPM ada beberapa kapal yang sedang antre menunggu giliran masuk ke dermaga. Salah satu kapal pengangkut MFO, adalah kapal tangker MT Martha Petrol yang pada saat kejadian kebocoran SPM mengalami kandas menabrak batu karang di lepas Pantai Teluk Penyu pada 3 Mei 2015. ''Kapal tersebut memuat minyak jenis MFO 180 atau jenis minyak bakar sebanyak 24.000 kiloliter dan MFO 380 sebanyak 5.000 kiloliter,'' katanya.
Namun Eko Hernanto mengatakan, setelah kapal tangker MT Martha Petrol tersebut kandas, pihaknya mendapat informasi bahwa bahwa bagian lambung kapal mengalami kerusakan. ''Kami baru mengetahui kabar mengenai adanya kerusakan di lambung kapal MT Martha Petrol pada 26 Mei 2015,'' jelasnya.
Health Safety and Environment (HSE) Manager Pertamina RU IV, Leodan Hadiin, menambahkan lokasi SPM milik Pertamina RU IV berada di sisi tenggara-selatan Pulau Nusakambangan. Sedangkan posisi kapal MT Martha Petrol di sebelah selatan-tenggara Teluk Penyu.
''Berdasarkan data BMKG pada rentang waktu 19-26 Mei, angin dominan bertiup dari arah timur dan tenggara sekitar 50 persen. Karena itu, sebaran minyak dari SPM seharusnya mengarah ke selatan Nusakambangan. Bukan ke Teluk Penyu,'' jelasnya.