EKBIS.CO, JAKARTA -- Republik Rakyat Cina dan Singapura memborong rumput laut Indonesia dengan total kontrak dagang sebesar 58 juta dolar Amerika Serikat, atau senilai Rp 782,71 miliar.
"Dunia mengakui kualitas rumput laut Indonesia. Dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia mampu menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa sebesar 26,50 persen dari total 1,09 miliar dolar AS permintaan dunia," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran pers yang diterima, Ahad (2/8).
Nus mengatakan, pemasok rumput laut selain Indonesia adalah Chili dengan pangsa pasar sebesar 16,73 persen, Korea Selatan 16,06 persen, Cina 7,98 persen dan Filipina sebesar 5,77 persen.
Transaksi pembelian rumput laut kering tersebut dibeli oleh tiga importir asal Cina, yakni Green Fresh (Fujian) Foodstuff Co., Ltd., Xiamen DSC Import & Export Co., Ltd., dan Fujian Province LVQI Food Colloid Co., Ltd.
Pembelian tersebut bekerja sama dengan PT. Phoenix Jaya dengan total nilai kontrak sebesar 24,6 juta dolar AS, sementara pembelian oleh Shanghai Brilliant Gum Co., Ltd. atas produk rumput laut PT. Rika Rayhan Mandiri senilai 24 juta dolar AS.
Perusahaan lain yang juga tercatat melakukan penandatanganan, yaitu PT. Sumber Makmur senilai 5 juta dolar AS, PT. Agro Niaga senilai 3,4 juta dolar AS, dan PT. Simpul Distribusi senilai satu juta dolar AS.
Sementara perusahaan Singapura Gills & Fins Pte., Ltd. melakukan kontrak kerja sama produk rumput laut dengan PT. Jaringan Sumber Daya sebesar 500 ribu dolar AS.
Permintaan dunia terutama untuk produk rumput laut kering sangat tinggi. Produk tersebut diolah menjadi bahan baku makanan olahan, makanan hewan peliharaan, hingga bahan makanan tambahan, pengendalian pencemaran dan bahan kecantikan.
Menurut Nus, hal itu menjadi tantangan bagi pelaku usaha rumput laut untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas budidaya rumput laut Indonesia.
Pelaku usaha juga diminta meningkatkan produksi produk rumput laut yang bernilai tambah. Basis Produksi Rumput Laut Pemerintah terus mendukung pengembangan peta jalan (roadmap) pembangunan sektor rumput laut untuk menciptakan rantai nilai dari petani rumput laut hingga konsumen, salah satunya melalui kolaborasi Indonesia dengan Filipina.
Kerja sama tersebut akan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan memaksimalkan pemenuhan pasar rumput laut dunia dalam kerja sama antara Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dengan Seaweed Industry Association of the Phillipines SIAP).
"Hal itu sekaligus memberikan arah pembangunan sektor hulu hingga hilir industri rumput laut Indonesia," jelas Nus.
Nus menambahkan, variasi rumput laut dan kreativitas pembudidaya memberi citra positif dan kepercayaan dunia bahwa Indonesia sebagai pemasok rumput laut olahan terbesar.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor rumput laut Indonesia di tahun 2014 mencapai 226,23 juta dolar AS, dimana nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 39,25 persen terhadap ekspor tahun 2013 yang tercatat sebesar 162,45 juta dolae AS.
Sementara ekspor rumput laut pada periode Januari-Mei 2015 tercatat hanya 75,73 juta dolar AS, atau menurun 12,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014.
Tren ekspor komoditas ini ke dunia selama 2010-2014 mengalami peningkatan sebesar 11,06 persen dengan lima negara tujuan ekspor terbesar rumput laut adalah Cina dengan pangsa ekspor 72,06 persen, Filipina dengan 5,82 persen, Chile 4,89 persen, Korea 4,39 persen dan Vietnam 2,05 persen.