EKBIS.CO, JAKARTA JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2015 melambat menjadi 4,67 persen dibandingkan kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua masih lesu dan mirip kuartal pertama. Dia melihat indikator leading seperti penjualan rumah dan harga sewa rumah residensial menurun.
Selain itu, pertumbuhan kredit kecendurungan menurun, serta penjualan mobil, motor dan barang tahan lama seperti elektronik kecenderungan juga menurun.
Meskipun ada perbaikan di sisi belanja pemerintah dari kuartal pertama, tapi dinilai belum optimal. Investasi juga mengalami peningkatan jika dihitung dengan rupiah karena adanya pelemahan nilai tukar.
Selain itu, ekspor melambat dan impor barang modal turun sekitar 17 persen. "Impor yang turun mengindikasikan ekonomi kita melambat karena kebanyakan produksi kita dari impor," kata David saat dihubungi Republika, Rabu (5/8).
Menurutnya, impor yang turun bukan berita bagus. Sebab, struktur industri di Indonesia masih tergantung impor bahan baku dan barang modal. Dari totol impor senilai 11-12 miliar dolar AS, sebanyak 75 persennya untuk bahan baku.
Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV bisa lebih bagus. Sebab, investor sudah mulai merealisasikan ivestasinya. Selain itu, juga pertumbuhan ekonomi diharapkan ditopang dari belanja pemerintah. Belanja modal diperkirakan bisa mencapai 85 persen pada akhir tahun.
Badan Pusat Statistik menyatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 dipengaruhi konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 2,28 persen, dan pembentukan modal tetap domestik bruto tumbuh 3,55 persen.
Sementara konsumsi lembaga lembaga nonprofit rumah tangga turun 7,91 persen. Ekspor barang dan jasa turun 0,13 persen, sedangkan impor turun 6,85 persen.
n