EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan yang baru, Thomas Lembong, mengemban tugas utama untuk memperbaiki urusan pangan agar lebih stabil. Nilai tukar rupiah yang terus melemah, tidak berarti harus diikuti dengan kenaikan harga pangan.
"Perlu kebijakan untuk mampu menjaga gejolak nilai tukar dan harga pangan," ujar ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani kepada ROL, Jumat (14/8).
Langkah tersebut, kata Aviliani merupakan penyelesaian jangka pendek yang paling penting dilakukan. Apabila itu tidak dilakukan, investasi tidak akan masuk ke Indonesia. "Kalau pemerintah bikin tender, orang tidak akan mau ikut karena tidak bisa menghitung risikonya," kata Aviliani.
Aviliani sendiri belum tahu pasti seperti apa kapasitas Thomas. Namun menurutnya, Thomas lebih sering bergelut pada sektor keuangan (private equity) dan belum pernah menangani kebijakan di bidang perdagangan. Dirjen yang nantinya membantu Thomas haruslah orang-orang berpengalaman. "Karena kalau tidak, nanti malah pasar terus yang bermain dan akhirnya kebijakan pemerintah tidak bisa prorakyat," ucap Aviliani.
Kinerja Mendag sebelumnya, Rachmat Gobel bukan berarti buruk. "Hanya saja tidak ada terobosan," ujarnya.
Ke depannya Kemendag perlu berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian. Rachmat tidak sepenuhnya bisa disalahkan, mengingat kerjanya baru berjalan sepuluh bulan.
Peran utama terobosan baru di setiap kementerian bukan terletak di kementerian teknis melainkan dikementerian koordinator. Tiga menteri koordinator telah diganti. "Saya harap mereka bisa mengoordinatori menteri-menterinya. Kalau ini terjadi, maka kondisi bisa lebih baik," kata Aviliani.