Selasa 18 Aug 2015 15:15 WIB

Mendag Siap Buka Keran Impor 300 Ribu Sapi, Ini Alasannya...

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel (kanan) bersama Menteri Perdagangan Thomas Lembong (kiri) menyalami pejabat eselon I Kementerian Perdagangan usai serah terima jabatan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel (kanan) bersama Menteri Perdagangan Thomas Lembong (kiri) menyalami pejabat eselon I Kementerian Perdagangan usai serah terima jabatan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/8).

EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Perdagangan Thomas Lembong siap mengimpor sapi hingga 300 ribu ekor hingga akhir tahun 2015. Impor sapi ini diharapkan dapat mengurangi aksi penimbunan stok daging sapi oleh para feedloter.

Thomas mengatakan, keputusan melakukan impor sapi itu didapat setelah dirinya berkoordinasi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman terkait terbatasnya suplai daging sapi yang menyebabkan lonjakan harga.

"Intinya kami siap mengguyur pasar dengan mengimpor 200 ribu hingga 300 ribu ekor sapi. Ini supaya para penimbun daging sapi berpikir dua kali," kata Thomas di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (18/8).

Thomas yakin dengan adanya impor sapi yang akan dilakukan pemerintah, para penimbun tidak akan lagi menahan pasokan ke pasar. Dengan begitu, harga daging sapi pun bisa lebih terjangkau.

Pria yang baru saja dilantik menggantikan Rachmat Gobel tersebut mengakui bahwa pemerintah sangat tidak senang lantaran harga sapi saat itu begitu tinggi. Karena itu, impor sapi dinilai menjadi langkah tepat untuk menstabilkan harga.

Meski begitu, Thomas tidak membeberkan apakah sapi yang diimpor adalah sapi potong atau sapi bakalan. Yang pasti, tegas dia, proses impor sedang berjalan.

"Kalau sapi sudah diguyur ke pasar, saya yakin para penimbun sapi akan mengalami kerugian finansial," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement