EKBIS.CO, JAKARTA – Kondisi rupiah yang cukup terpuruk seperti saat ini bisa mambuat Indonesia mengalami perekonomian sulit. Bahkan tidak menutup kemungkinan krisis ekonomi seperti yang terjadi pada 2008 terulang kembali.
“Akan lebih parah dari krisis ekonomi 2008, tapi tidak separah 1998,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang FX Sugiyanto saat dihubungi ROL, Selasa (25/8).
Pada 1998, paparnya, kondisi perbankan Indonesia benar-benar rapuh. Dari segi kurs mungkin saja rupiah saat ini bisa melebihi saat 1998, tetapi secara perekonomian tidak akan seburuk itu.
Dia mengatakan apabila tidak segera diatasi, pelemahan rupiah akan berpengaruh pada struktur industri melalui kelesuan ekonomi karena harga-harga menjadi tinggi dan daya beli masyarakat akan menurun.
Kondisi rupiah terakhir cukup mengkhawatirkan mengingat spekulasi yang cukup tinggi. Kekuatan sektor moneter Indonesia, ia menilai hanya mampu bertahan tanpa ada perlawanan berarti.
Adanya ketidakpastian mengenai kenaikan tingkat suku bunga oleh The Fed semakin menimbulkan kekhawatiran bahwa dolar AS akan terus menguat. “Kalau The Fed menaikan tingkat suku bunganya, kemungkinan rupiah bisa melampaui Rp 14.000. Ini rasional,” ucapnya.
Adanya kebijakan Bank Indonesia (BI) yang membatasi maksimal pembelian valuta asing (valas) sebesar 25 ribu dolar AS dari yang awalnya 100 ribu dolar AS kurang berefek pada kejatuhan rupiah.
Menurut Sugiyanto, kebijakan ini sebenarnya lebih bertujuan untuk memonitor harian dari valas sehingga BI bisa menakar posisi kekuatannya. “Apakah BI cukup kuat untuk mengatasi transaksi-transaksi itu supaya tidak terlalu mempercepat penurunan rupiah,” kata dia.