Laku pandai merupakan akronim dari Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif. Program yang dibuat OJK ini untuk mendekatkan layanan perbankan kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari kantor layanan perbankan.
Melalui agen laku pandai, masyarakat bisa melakukan transaksi dasar perbankan seperti menarik atau menyimpan uang, pembayaran rekening listrik dan pulsa telepon, dan transfer dana. Sekarang layanan laku pandai telah dikembangkan untuk pengajuan pinjaman mikro.
Nelson Tampubolon menyatakan agen laku pandai memang didisain sebagai usaha tambahan masyarakat. Untuk menjadi agen laku pandai, masyarakat tak memerlukan kantor. Biasanya, agen yang dipilih bank berasal dari orang-orang yang sudah mempunyai usaha seperti warung kelontong, petani, dan penjual pulsa.
Melalui layanan laku pandai, Nelson berharap masyarakat yang tinggal jauh dari kantor layanan bank tetap bisa mengakses layanan perbankan. Karena berdasarkan survei yang dilakukan OJK dua tahun lalu, masyarakat yang mengenal
jasa perbankan baru mencapai 25 persen. Kendati masyarakat yang menggunakan jasa perbankan telah melebihi 50 persen. "Jadi, masyarakat sudah menggunakan jasa perbankan tapi mereka tidak mengenal bahwa itu merupakan bagian dari jasa layanan perbankan," ujar dia.
OJK mengharapkan seluruh masyarakat bisa mengenal dan menggunakan layanan perbankan. Laku pandai diharapkan bisa menjadi salah satu instrumen untuk memperluas layanan perbankan ke tengah masyarakat.
Di wilayah Sumatra Utara, BRI telah memiliki 2.247 agen BRILink dengan total transaksi sebanyak 597.039 dan nilai transaksi RP 2,4 triliun. Secara nasional, agen BRILink mencapai 34.800 dengan total 10,7 juta transaksi dan volume Rp 16,65 triliun.