EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog menyerahkan keputusan impor sepenuhnya pada pemerintah. Fokus kegiatan Bulog saat ini yakni melakukan penyerapan beras di berbagai daerah di tanah air.
Namun Bulog mengingatkan jika tidak ada impor, maka akhir tahun Bulog hanya memiliki 50-60 ribu ton beras. Jumlah tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan stok beras tahun lalu yang mencapai 1,4 juta ton.
"Karena kita kan harus melakukan pelepasan terus-menerus, untuk raskin, untuk operasi pasar," kata Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti pada Senin (21/9).
Jumlah tersebut sangat minim karena seharusnya Bulog siap sedia beras hingga 750 ribu ton. Jumlah tersebut akan menjamin pasokan selama tiga bulan ke depan, hingga masa panen berikutnya tiba.
Jika penyerapan beras petani oleh Bulog membuat harga beras naik, lanjut dia, perusahaan tersebut akan membuat perangkat evaluasi hingga melepaskan beras komersial ke pasar.
Rencananya, Bulog dalam waktu dekat akan melepas 100 ribu ton beras premium ke pasar agar harga beras tak melambung. Namun rencana tersebut masih tahap pembicaraan. Harganya tentu akan di bawah harga pasar.
Data Bulog menyebut, dari 1,7 juta ron beras yang telah dikumpulkan Bulog, sebanyak 550 an ton beras dikumpulkan melalui jalur komersial, sisanya PSO. Namun, beras PSO akan segera terkikis karena setiap bulan Bulog harus mengeluarkan beras sejahtera alias raskin.
"Makanya kita sangat berharap cuaca bisa kembali pulih agar produksi beras kembali normal," ujarnya.