EKBIS.CO, PALEMBANG -- Peternak sapi swasta mengungkapkan kekhawatirannya terhadap rencana impor sapi indukan oleh pemerintah dari negara yang belum dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Seperti diketahui, pemerintah berencana mengimpor sapi indukan di 2016, dari India dan negara non Australia. Langkah tersebut dilakukan agar Indonesia dapat memeroleh sapi indukan unuk dikembangkan dengan harga yang lebih murah.
"Kenapa kita tolak rencana impor sapi India, karena risikonya besar," kata salah seorang pengusaha ternak yang juga menjadi Kepala Divisi Peternakan PT Santosa Agrindo (Santori) Dayan Antoni pada Ahad (18/10). Kekhawatiran terbesar yakni risiko masuknya penyakit sapi ke tanah air dan menjangkiti sapi-sapi lokal.
Jika nantinya Indonesia mendapat sapi indukan yang lebih murah harganya, kerugian berlipat ganda akan didapat ketika ada penyakit yang juga turut diimpor. Ujung-ujungnya, akan ada pemusnahan sapi besar-besaran, peternak lokal merugi, lantas belenggu impor sapi semakin menguat di dalam negeri.
Ia juga menyinggung soal rencana pendirian pulau karantina sapi yang kabarnya akan dibangun di kawasan Bangka Belitung. "Pulau karantina juga tidak efektif, dari sekian banyak sapi impor yang nanti masuk, tetap penyakit bisa saja masuk," ujarnya.
Ia pun menyayangkan sikap Presiden Joko Widodo yang mendukung rencana impor tersebut. Apalagi dengan alasan ingin mencari sapi dengan harga lebih murah. Dari pada melakukan impor untuk dikembangkan bibitnya, lebih baik pemerintah memberikan serangkaian insentif dan edukasi kepada peternak lokal. Insentif dapat efektif membantu peternak sapi yang sampai saat ini terkendala biaya produksi yang tinggi.