EKBIS.CO, JAKARTA -- Pada pekan lalu nilai tukar (kurs) rupiah berada pada posisi lemah terhadap dolar AS. Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, sentimen terhadap kurs rupiah datang dari rilis kenaikan inflasi inti dan penurunan klaim pengangguran di Amerika Serikat (AS).
Kabar dari AS ini, menurut Reza, kemudian menjadi perhatian pasar global. Indikator ekonomi itu, kata dia, akan menjadi petunjuk kesehatan ekonomi Paman Sam dan rencana pergerakan suku bunga yang akan dilakukan Bank Sentral AS (the Fed).
Sementara, turunnya harga minyak mentah dunia saat ini tidak terlalu direspon negatif. "Departemen Tenaga Kerja AS telah merilis data klaim pengangguran dan tingkat indeks harga konsumen. AS mengumumkan deflasi 0,1 persen untuk Agustus, namun secara tahunan masih inflasi 0,2 persen" jelas Reza, Ahad (18/10).
Namun, kata dia, beberapa data-data ekonomi AS masih menunjukkan pelemahanya. Ini membuat masih berlanjutnya pelemahan indeks dolar AS di pasar spot valas global.
"Antara lain pertumbuhan penjualan ritel di bawah estimasi memberikan kesempatan pada sejumlah mata uang regional untuk dapat menguat, rupiah pun turut terbantukan dengan kondisi itu, sehingga dapat berbalik menguat," katanya menjelaskan.