EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski punya populasi Muslim terbesar pariwisata halal dipandang belum dikapitalisasi jadi kekuatan. Maka Indonesia perlu meningkatkan citra (brand) sektor ini mengingat potensinya yang besar.
''Barang sulit dijual tanpa brand. Brand adalah janji produk kepada konsumen. Dengan penghargaan World Halal Travel Awards 2015 ini, kami lebih mudah 'jualan' karena brand sudah ada,'' ungkap Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam konfrensi pers kemenangan Indonesia di World Halal Travel Awards 2015, Rabu (21/10).
Promosi jadi penting untuk memunculkan citra. Dalam rapat kerja yang sudah dilakukan bersama DPR, sudah ada penetapan pagu definitif Kemenpar 2016 mencapai Rp 5,4 triliun dimana Rp 4 triliun dialokasikan untuk pemasaran. Itu pun akan dibagi lagi masing-masing Rp 3 triliun untuk pemasaran dan promosi ke wisatawan mancanegara dan Rp 1 triliun untuk wisatawan nusantara.
Pariwisata halal akan mendapat sesuai proporsi. Selain berdasarkan area wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, juga berdasarkan produk. Berdasarkan produk, halal hanya 10 persen sehingga alokasi anggarannya pun sekitar itu.
NTB, Sumatera Barat dan Aceh jadi percontohan pariwisata halal. Indonesia butuh mencitrakan mereka diiringi perbaikan layanan.
''Thailand dan Singapura tidak dihuni mayoritas Muslim. Tapi pempilih gaya hidup halal saat ini tetap memilih yang layanannya bagus. Siapapun, kalau memberi layanan terbaik, konsumen akan datang,'' kata Arief.
Dengan target jumlah wisatawan Muslim dari dua juta ke lima juta pada 2019, prospek bisnis makin terbuka. Belanja wisatawan asing Muslim rata-rata 1.500 dolar AS per orang per hari. Ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata belanja wisatawan mancanegara sebesar 1.200 dolar AS per orang per hari.
Indonesia satu-satunya negara Asia dan ASEAN yang mendapat tiga penghargaan WHTA15. Arief yakin, Indonesia pada dasarnya memesona tinggal bagaimana memunculkan pesona itu.
Kuncinya, kata Arief, pada kesamaan visi dan bersatu. ''Jika kita punya itu, tidak ada yang bisa kalahkan Indonesia. Indonesia lebih mudah masuk diterima sebagai wisata halal karena lingkungan yang mendukung,'' kata dia.