EKBIS.CO, JAKARTA--Pelemahan laju rupiah pada hari ini, Kamis (22/10) diperkirakan masih dapat berpotensi kembali terjadi. Namun, laju rupiah akan menguji sentimen dari dirilisnya paket kebijakan ekonomi pemerintah.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 08.44 WIB, rupiah naik 0,78 persen atau 107 poin ke level Rp 13.617 per dolar AS.
Kemarin, rupiah ditutup melemah di level Rp 13.724 per dolar AS. Kondisi ini, menurut Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, tidak jauh berbeda dengan sehari sebelumnya. Pelemahan rupiah hingga penutupan kemarin terimbas dari pelemahan laju harga minyak mentah dunia yang beriringan dengan ekspektasi meningkatnya pasokan. Hal itu memberikan semangat bagi laju dolar AS untuk dapat menguat.
"Pelemahan harga minyak mentah dunia yang berimbas pada penurunan sejumlah harga komoditas memberikan amunisi bagi dolar AS untuk dapat bergerak menguat," terangnya, Kamis (22/10).
Kondisi ini pun, kata dia, berimbas pada pelemahan sejumlah mata uang negara-negara lainnya. Itu di antaranya, dolar Australia terhadap dolar AS, dolar Kanada, rubel, dan euro.
Pelemahan laju rupiah masih dimungkinkan terjadi seiring masih berlanjutnya pelemahan pada harga minyak mentah dan sejumlah komoditas, yang dapat memberikan kesempatan bagi dolar AS untuk bergerak naik.
"Tetap cermati sentimen yang akan muncul. Laju rupiah di bawah target support Rp 13.650 per dolar AS, yaitu Rp 13.712-13.685 per dolar AS pada kurs tengah BI," ungkapnya.