Ahad 25 Oct 2015 08:00 WIB

Tanpa Ijazah S1 tapi Ingin Penghasilan Rp 30 Juta? Begini Caranya

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Toko T-Shop di Bandung
Foto: dok.pri
Toko T-Shop di Bandung

EKBIS.CO, JAKARTA -- Enam tahun yang lalu, Anditio Tri Septian masih menjadi mahasiswa. Dia ingin belajar dengan kesungguhan dan mendapat ijazah sebagai bekal untuk mendapat pekerjaan. Namun, setelah mendapat ijazah dari Jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat, Tian justru tak menggunakannya untuk mendapatkan pekerjaan. Tian mampu mendapatkan pekerjaan tanpa syarat ijazah dengan berbisnis di dunia maya.

"Ijazah, fotokopian, legalisiran dari kampus, Tian punya, tapi belum dipakai buat apa-apa," kata dia kepada Republika.co.id, belum lama ini. 

Modal bisnis Anditio Tri Septian hanya ponsel pintar dan laptop yang terkoneksi internet. Modal itu dia gunakan untuk berbisnis sebagai operator promosi sejumlah produk pakaian dan sepatu. Saat ada pesanan via online, Tian, sapaan akrabnya, akan mengirimkan produk ke pemesan. 

Kerja yang melibatkan kegiatan fisik tersebut ia lakukan hanya maksimal selama empat jam. Pekerjaan lainnya cukup ia lakukan di depan gawai. Dengan pola kerja itu, bisnis bisa dia lakukan di sela kegiatan kuliah. Meski tak banyak gerak, dia bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan. Selain itu, kini Tian sudah memiliki toko offline di Bandung, Tegal, dan Garut.

Bisnis daring pertama yang Tian geluti adalah menjual pakaian wanita. Pakaian itu ia dapatkan dari sejumlah toko di kawasan Pasar Baru, Bandung. Pakaian itu ia jual hanya melalui media foto.

Foto pakaian itu ia pajang di media sosial. Keterangan ukuran, bahan, harga, dan spesifikasi lain ia sertakan dalam foto tersebut. Tian membebankan ongkos kirim ke pemesan pakaian. Pesanan ia terima melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM).

Promosi lewat media sosial membuahkan hasil beberapa pesanan perdana. Tian mencatat setiap pesanan dengan teliti. Pembeli harus membayar harga barang sebelum dikirim. Tian menarik keuntungan Rp 20 ribu untuk setiap barang. 

Tian membeli barang sesuai pesanan. Namun, biasanya ia membeli barang dalam jumlah banyak (grosir) karena mengakumulasi pesanan. Pembelian dengan grosir ini pun memberi keuntungan bagi Tian karena mendapat diskon dari pemasok. 

"Jadi, aku seperti operator, atau reseller, tapi kerja samanya seperti antara penjual dan pembeli saja," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement