EKBIS.CO, KUALA LUMPUR— Perang yang melanda Bosnia Herzegovina pada 1992-1995 mengakibatkan perekonomian negara ini tersendat.
Tidak hanya itu, ungkap Ketua Kepresidenan Bosnia Herzegovina Dragan Covic, mengakibatkan 28,6 persen tenaga ahli di negaranya bermigrasi ke negara lain. Meski belum ada statistik resmi, ia mengilustrasikan akibat perang tersebut, negara ini harus kehilangan 79 persen ahli dan pakar tehnik mesin.
Tak hanya itu, imbuh dia, 81 persen pemegang gelar master dan 75 persen doktor di bidang sains menghilang dari negara yang merdeka 1992 ini. Sebanyak 260 ribu pelajar SD SMP pun meninggalkan tanah kelahiran mereka.” Sekarang mayoritas mereka tentu sudah di perguruan tinggi,” tuturnya dalam pertemuan kepala negara di arena WIEF ke-11 di Kuala Lumpur, Selasa (3/11).
Oleh karena itu, Dragan mendukung upaya kerjasama multinasional dalam mensukseskan Sustainable Development Goals (Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs). SDGs yang disepakati oleh 193 anggota Sidang Umum PBB ini menyepakati 17 agenda penting yang ditargetkan tercapai pada 2030.
Ini meliputi antara lain pemerataan kesejahteraan, mengatasi kemiskinan, buta aksara, dan pengangguran. “Ini merupakan strategi obyektif untuk mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perekonomian kami,” tuturnya.
Pertemuan pemimpin negara-negara Islam di ajang WIEF ke-11 Kuala Lumpur Malaysia ini, menyimpulkan agenda-agenda penting di antaranya penguatan lembaga finansial Islam, mendorong pengembangan usaha kecil menengah dan mikro (UMKM), dan pembiayaan syariah untuk industri-industri kecil menengah tersebut. Hadir dalam pertemuan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia, Sri Mohamad Najib Tun Abdul Razak antara lain Rwanda, Ghana, Kenya, Komboja, dan Gabon.