EKBIS.CO, JAKARTA -- Membaiknya data-data ekonomi AS memberikan kesempatan bagi laju dolar AS untuk bergerak naik berbarengan dengan munculnya persepsi akan pastinya kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) di akhir tahun. Pelaku pasar cenderung mentransaksikan mata uang dolar AS dibandingkan mata uang lainnya.
Akibatnya, laju dolar AS mengalami kenaikan terhadap beberapa mata uang lainnya, seperti yen Jepang, yuan Cina, dan dolar Selandia Baru. "Dengan demikian, rupiah pun ikut terkena imbasnya. Harapan akan adanya kenaikan kembali pada rupiah pun kian pupus," ujar kepala analis riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada Selasa (10/11).
Reza menyampaikan bahwa dengan tidak terlalu direspon negatifnya sentimen yang ada membuat laju rupiah memiliki peluang untuk mengalami kenaikan kembali. Apalagi data-data dalam negeri juga sudah sebagian besar dirilis sehingga pelaku pasar pun akan mencermati data-data dari luar yang dapat berimbas secara tidak langsung pada rupiah.
"Munculnya sentimen negatif membuat laju rupiah cenderung mengalami pelemahan sekaligus dapat membuka peluang kembali mengalami pelemahan lanjutan," kata dia.
Terutama jika sentimen peluang kenaikan suku bunga The Fed masih terus mewarnai kondisi pasar. Namun demikian, tetap cermati sentimen yang akan muncul. Laju rupiah di bawah target support 13.585, yakni di kisaran Rp 13.712-Rp 13.676 per dolar AS (kurs tengah BI).