EKBIS.CO, MAKASSAR - Rumput laut merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan karena pemanfaatannya cukup luas di industri, terutama di sektor makanan dan minuman. Selain itu produk ini bisa digunakan untuk kebutuhan lain seperti energi maupun pakan ternak.
Jumlah perusahaan pengolahan rumput laut di Indonesia sudah berkembang mencapai 30 perusahaan besar dan menengah. Sejumlah perusahaan itu menunjukkan bahwa perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia memasuki tahap untuk bisa dikembangkan lebih maju lagi.
Menurut data, produksi rumput laut dunia khususnya dari dua jenis rumput laut yaitu Echema Cottonii dan Gracilaria Sp sebanyak total 395.627 ton per tahun. Sedangkan total produksi rumput laut kering Indonesia sebesar 235.374 ton per tahun. Artinya sudah lebih 50 persen dari total produksi rumput laut dunia itu berasal dari Indonesia.
"Meskipun kita sudah lebih dari 50 persen menyuplai kebutuhan dunia, namun kita masih belum puas dengan kinerja ini karena kita masih perlu untuk terus mengembangkan industri pengolahannya," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam Indonesia Seaweed Forum Kamis, (12/11).
Panggah menjelaskan, nilai tambah produksi bisa dilipatgandakan di dalam negeri, karena sebagian besar produknya masih berupa rumput laut yang belum diolah secara maksimal. Dari 30 perusahaan yang ada, produksi rumput laut baru mampu mengolah dari karagenan (senyawa ekstrak) sebanyak 18.560 ton per tahun dan agar-agar 6.000 ton per tahun atau total 24.560 ton per tahun. Dibandingkan dengan total produksi rumput laut kering, persentase produk olahan tersebut masih terbilang kecil.
"Apalagi realisasi produksi karagenan dan agar-agar juga masih rendah yakni berkisar 16.189 ton per tahun. Artinya, utilisasinya masih rendah," ungkap Panggah.