EKBIS.CO, JAKARTA – Adira Finance mencatat penyaluran pembiayaan baru sampai Oktober 2015 mencapai Rp 25,4 triliun. Nominal tersebut turun 10 persen (yoy) dibandingkan posisi Oktober 2014.
Director Chief Sales and Distribution Adira Finance, Hafid Hadeli, menyebutkan, pertumbuhan pembiayaan baru sampai Oktober terutama didorong pertumbuhan pembiayaan baru kendaraan bekas, yakni motor bekas dan mobil bekas.
Secara rinci, pembiayaan baru untuk mobil bekas tumbuh 16 persen (yoy) mencapai Rp 4,6 triliun, sedangkan motor bekas tumbuh 1 persen (yoy) mencapai Rp 5,2 triliun.
Sementara, pembiayaan baru untuk kendaraan baru justru menurun sesuai dengan penurunan penjualan di industri otomotif. Pembiayaan baru untuk motor baru turun 17 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 9,5 triliun, sedangkan mobil baru turun 22 persen (yoy) menjadi Rp 5,6 triliun. Kemudian, pembiayaan elektronik mencapai Rp 170 miliar.
"Pembiayaan kendaraan baru kita turun, motor baru kita turun 17 persen, kalau industri turun 20 persen, mobil baru kita turun 22 persen, kurang lebih sama kayak industri," katanya kepada wartawan di kantor pusat Adira Finance, Jakarta, Rabu (18/11).
Secara keseluruhan, Adira Finance menargetkan penyaluran pembiayaan baru baik untuk kendaraan baru maupun bekas, mencapai Rp 30 triliun – Rp 31 triliun sepanjang tahun 2015.
Proyeksi tersebut turun 10 persen (yoy) dibandingkan keseluruhan tahun 2014. Pertumbuhan pembiayaan baru tersebut terutama akan didorong oleh pembiayaan kendaraan bekas, terutama mobil bekas yang cukup meningkat.
Menurut dia, persebaran pertumbuhan pembiayaan baru cukup merata di seluruh wilayah di Indonesia. "Kalau Gaikindo tahun depan naik berapa persen? Kalau naik pun tidak besar. Harapan kita marketnya di mobil bekas dan motor bekas, yang barunya kalaupun naik tidak lebih dari 5 persen," ujarnya.
Meski demikian, dia memproyeksikan penjualan kendaraan industri otomotif akan lebih positif pada tahun depan. Sebab, pertumbuhan ekonomi tahun depan juga diproyeksikan lebih baik dari tahun ini. Jika tahun ini pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 4,8 persen, tahun depan diperkirakan 5,1 persen.
"Masa penurunan sudah lewat, harusnya tahun depan sudah bagus," katanya.