Kamis 26 Nov 2015 16:31 WIB

JK Sentil Eksportir Kelapa Sawit Nakal

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
Wapres Jusuf Kalla.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Wapres Jusuf Kalla.

EKBIS.CO, NUSA DUA -- Pemerintah mengimbau pengusaha kelapa sawit, khususnya eksportir untuk disiplin membayar pajak. Mereka juga diingatkan untuk menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) di perbankan dalam negeri.

“Kekayaan negeri harus menjadi sumber kekuatan di negeri sendiri. Pengusaha kelapa sawit harus menyimpan devisanya di dalam negeri. Ini prinsip pokok,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/11).

Kelapa sawit memberi kontribusi devisa cukup besar untuk negara. Alasannya, 70 persen hasil produksi kelapa sawit dan turunannya diekspor ke luar negeri. Pemerintah sebelumnya juga mengupayakan eksportir kelapa sawit untuk merepatriasi DHE.

Bank Indonesia (BI) juga sudah memperkuat aturan ini dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/2011. Beleid ini bertujuan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah melalui kesinambungan pasokan valuta asing. Eksportir wajib membawa DHE ke dalam negeri maksimal 90 hari setelah tanggal pemberitahuan ekspor barang (PEB).

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan mengaku sudah mengantongi nama-nama korporasi sawit yang masih tidak disiplin membayar pajak.

“Saya harap pemain kelapa sawit mulai mendisiplinkan diri. Tinggalkan DHE di dalam negeri. Kalian tak bisa bermain di belakang pemerintah,” kata Luhut.

Meski mengetahui nama-nama korporasi yang tidak disiplin membayar pajak, Luhut mengatakan pemerintah tidak akan menyebutkan secara gamblang nama perusahaan  demi keberlangsungan investasi. Meski demikian, pemerintah terus mengawasi dan memproses perusahaan yang bersangkutan.

Sektor kelapa sawit, kata politisi senior Partai Golkar ini berkontribusi besar terhadap pemasukan negara, mencapai 21 miliar dolar AS. Angka ini setara 13,4 persen dari nilai total ekspor.

Itu artinya, sektor kelapa sawit berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Lesunya perekonomian tahun ini yang diperkirakan mencapai 4,73 persen salah satunya disebabkan jatuhnya ekspor kelapa sawit Indonesia dan kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah optimistis mulai Februari 2016 ekonomi bisa tumbuh di atas lima persen.

Data Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan harga minyak sawit menurun tajam sejak tahun lalu. Rata-rata harga CPO Januari-Oktober 2015 hanya 584 dolar AS per ton, turun dari 821 dolar AS per ton pada periode sama 2014.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement